Menjaga Kelestarian Alam Demi Kelangsungan Masa Depan
Khutbah Pertama:
Jamaah Salat Jumat yang dirahmati Allah SWT
Hamba yang dicintai Allah adalah mereka yang bisa bersyukur atas apapun yang diberikan kepadanya, baik berupa kesenangan maupun kesedihan. Berupa kelonggaran rezeki maupun ketika diberi kesempitan rezeki, mereka tetap bersyukur kepada Allah, sabar menerima dan tawakkal kepada Allah dengan tetap menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhkan diri dari segala larangan dan kemurkaan-Nya. Semoga kita menjadi bagian dari golongan tersebut. Amin..
Shalawat dan salam tidak lupa kita haturkan kehadirat Rasulullah Muhammad SAW, yang telah memberi kita banyak pelajaran dan hikmah, sehingga kita bisa mengikuti dan menjalankan perintah agama dengan sebaik-baiknya. Dan semoga kita menjadi bagian dari umatnya yang terbaik dan berkesempatan mendapatkan do'a syafaat dari beliau.Amin.
Jamaah Rahimakumullah
Khatib tidak pernah jenuh untuk selalu mengingatkan kepada diri sendiri dan anggota keluarga, juga kepada semua Jamaah untuk selalu menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Sebaliknya marilah kita selalu mengisi hari demi hari kita, detik demi detik yang Allah berikan untuk diisi dengan segala bentuk kegiatan yang manfaat sehingga bisa meningkatkan rasa taqwa kita kepada Allah SWT. Ukuran sederhananya adalah apapun kegiatan, perbuatan, dan karya yang kita hasilkan didasarkan atas kehendak Allah SWT. Benar atau salah bukan atas kepentingan manusia dan politik, budaya, melainkan benar dan salah, baik dan buruk perbuatan kita diukur menurut kebenaran yang Allah kehendaki.
Hadirin Rahimakumullah
Mari kita renungkan bersama, bagaimana akibat dari kedzaliman yang manusia lakukan sehari-hari, mulai dari lingkungan terkecil yakni keluarga, kampung, atau pun kedzaliman manusia dalam lingkup yang lebih besar yakni terhadap kelestarian alam dalam makna yang luas.
Sebagian dari kita berfikir bahwa kenikmatan yang didapatkan saat ini patut untuk dinikmati sebebas-bebasnya, sepuas-puasnya. Pertanyaannya, apakah kita berfikir untuk menyisakan keindahan alam, kesejukan hutan, kelestarian ekosistem di dalamnya untuk anak cucu kita kelak. Bagaimana dengan masa depan mereka, jika seandainya saat ini manusia cenderung menghabiskan semua kekayaan alam untuk dirinya sendiri.
Mari kita renungkan firman Allah SWT dalam QS Al A'raf 96-99:
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)
“Jikalau penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain-main? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.(QS. Al-A’raf [7]:96-99)
Jamaah yang dirahmati Allah
Akibat dari mendustakan ayat-ayat Allah, berupa perusakan terhadap hutan, sumber air, eksploitasi laut dengan bom, penggundulan pepohonan, dan lain sebagainya, telah mengakibatkan bencana bagi manusia itu sendiri. Dan itu semua adalah hukum sebab akibat bagi perilaku manusia yang tidak bisa menjaga kelestarian alam. Maka Allah SWT telah mengingatkan dalam ayat di atas, siapa yang merasa aman dari bencana yang ditimpakan pada malam hari, pagi hari, atau siang hari. Harmonisasi alam dengan manusia harus diciptakan, dijaga, dan diseimbangkan, sehingga kita terhindar dari bencana yang ditimpakan akibat keserakahan manusia.
Mari kita renungkan firman Allah dalam surat An Nahl ayat 112 :
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ
“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat”. (QS. An Nahl [16]:112)
Dari paparan ayat di atas, dapat kita fahami bahwa, Allah SWT dengan segala kemuliaannya telah memberikan kepada kita manusia kenikmatan yang tidak ada batasnya. Ketentraman, rasa aman, damai, indah, rezeki yang melimpah, subhanallah, anugerah yang luar biasa besar. Tapi manusia cenderung serakah, nikmat yang sudah sekian banyak diterima, masih dirasa kurang dan akhirnya mengeksploitasi alam secara berlebihan. Mengambil bukan atas dasar kebutuhan, tetapi mengikuti keinginan untuk menuruti hawa nafsunya sendiri. Sehingga keseimbangan alam mulai berubah, akibat pembakaran hutan mengakibatkan bencana asap yang merusak pernafasan. Akibat penggundulan hutan, bukit, gunung, mengakibatkan tanah longsor yang merugikan banyak pihak.
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu memberi ulasan terhadap ayat tersebut dengan mengatakan: "Ayat-ayat yang mulia ini memberi pengertian kepada kita bahwa Allah itu Maha Adil dan Maha Bijaksana, la tidak akan menurunkan bala' dan bencana atas suatu kaum kecuali karena perbuatan maksiat dan pelanggaran mereka terhadap perintah-perintah Allah".
Allah SWT mengingatkan bahwa:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)”. (QS. Asy Syura [42]:30)
Rasulullah SAW juga menerangkan akan sebab-sebab musibah dalam haditsnya:
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: “إِذَا ظَهَرَتِ الْمَعَاصِي فِي أُمَّتِي، عَمَّهم اللَّهُ بِعَذَابٍ مِنْ عِنْدِهِ”. فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمَا فِيهِمْ أُنَاسٌ صَالِحُونَ؟ قَالَ: “بَلَى”، قَالَتْ: فَكَيْفَ يَصْنَعُ أُولَئِكَ؟ قَالَ: “يُصِيبُهُمْ مَا أَصَابَ النَّاسُ، ثُمَّ يَصِيرُونَ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ”
Dari Ummu Salamah, dia berkata : “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Bila perbuatan- perbuatan maksiat di tengah umatku telah nyata, maka Allah akan menimpakan azab-Nya kepada mereka secara merata.” Ia berkata, “Lalu aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, bukankah di tengah mereka itu ada orang-orang yang shalih.?’ Beliau menjawab, “Benar.”
Ia berkata lagi, “Bagaimana jadinya mereka.?” Beliau bersabda, “Apa yang menimpa orang-orang menimpa mereka juga, kemudian nasib akhir mereka mendapatkan ampunan dan keridlaan dari Allah.” (HR Ahmad).
Sabda Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam :
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ [رواه مسلم]
Dari Abu Sa’id Al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman.”(HR.Muslim)
Maka jemaah yang di rahmati Allah, marilah kita jaga bumi kita, karena ini menjadi bagian dari anugerah yang Allah berikan kepada umat manusia. Menjaga kelestarian alam saat ini, akan bisa membawa dampak positif bagi kelangsungan masa depan anakcucu kita kelak.Amin.
Khutbah kedua