Shalat, Kebersihan Dan Kesehatan
[Muqadimah1]
Kaum muslimin yang berbahagia;
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ibadah shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadat lainnya. Shalat adalah tiang agama, di mana Islam tidak dapat tegak kecuali dengan ibadah shalat. Nabi Muhammad SAW bersabda:
رَأْسُ هَذَا اْلأَمْرُ اْلإِسْلاَمُ وَمَنْ أَسْلَمَ سَلِمَ وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ (رواه الطبرانى)
"Pokok urusan adalah Islam, dan siapa yang Islam, selamatlah, sedang tiang Islam adalah shalat dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah”. (Hadits riwayat Thabrani).
Ibadah shalat diperintahkan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW, tanpa perantara, dengan berdialog pada malam mi'raj. Shalat juga merupakan amalan yang mula-mula dihisab. Nabi bersabda :
عَنْ أَنَسٍ قَالَ: أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ، فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ (رواه الطبرانى)
"Dari Anas: Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada harikiamat ialah shalat. Jika shalatnya baik maka baiklah seluruh amalannya. Sebaliknya, jika shalatnya rusak maka rusak pula semua amalannya". (Hadits riwayat Thabrani).
Kaum muslimin yang berbahagia;
Ibadah shalat adalah salah satu rukun Islam yang lima. Karenanya, ibadah shalat adalah ibadah pokok yang harus kita kerjakan dalam keadaan bagaimanapun. Kalau kita sakit dan tidak mampu berdiri, boleh shalat sambil duduk, dan kalau tidak mampu duduk boleh shalat sambil berbaring. Kalau dalam perjalanan jauh boleh shalat dengan qashar atau jamak. Dan kalau dalam keadaan genting boleh shalat dalam kendaraan atau berjalan kaki.
Kita harus memelihara shalat secara kontinyu dan mengerjakannya secara khusyu' dan tawadhu agar dengan ibadah shalat itu kita memperoleh keberuntungan sebagaimana firman Allah :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman. (Yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya”. (Al Mu'minun [23]: 1- 2).
Kemudian kita tidak boleh melalaikan shalat, karena bila melalaikannya kita akan merugi. Allah berfirman:
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
"Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orangorang yang lalai dari shalatnya”. (Al Maa'un [107]: 4- 5).
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah;
Dalam ibadah shalat itu kita selalu ingat kepada Allah. Dan dengan ingat kepada Allah itu kita akan terhindar dari perbuatan keji dan munkar, yaitu perbuatan buruk yang dilarang oleh agama yang merugikan diri sendiri dan orang lain. Itulah sesungguhnya tujuan ibadah shalat, yaitu untuk mencegah perbuatan keji dan munkar.
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖإِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
"dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat mencegah dari (perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Al Ankabut [29]: 45).
Di dalam ibadah shalat kita berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT. Dengan berserah diri itu kita akan merasa ringan dalam menghadapi problema hidup dan kita akan merasa tenang dan tenteram, bebas dari keresahan dan kegelisahan. Berserah diri itu kita ikrarkan pada waktu membaca do'a iftitah yang berbunyi:
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ ۖوَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
"Sesungguhnya shalatku, ibadatku,hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku orang yang pertama-tama yang menyerahkan diri (kepada Allah)”. (Al an'am [6]: 162-163).
Dalam sebuah hadits Rasulullah mengumpamakan orang yang mengerjakan shalat lima waktu sehari dengan khusu' dan tawadhu' seperti orang yang mandi lima kali sehari. Kalau mandi dapat membersihkan daki atau kotoran dari badan, maka shalat lima waktu dapat membersihkan seseorang dari kesalahan dan dosanya.
اَرَأَيْتَهُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ نَهْرٌ يَغْتَسِلُ فِيْهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ. هَلْ يَبْقَى مِنْ دَرْنِهِ شَيْئٌ ؟ قَالُوْا: لاَ يَبْقَى مِنْ دَرْنِهِ شَيْئٌ. قَالَ: كَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا (رواه الترمذى)
"Bagaimana pendapatmu, andaikata ada sebuah sungai dekat pintu rumah salah seorang di antara kamu. Ia mandi di sungai itu lima kali setiap hari, adakah dakinya melekat di badannya?“Para sahabat menjawab:Tidak ada dakinya yang tertinggal sedikitpun Rasulullah bersabda:"Maka demikianlah perumpamaan shalat yang lima waktu, dengan shalat itu Allah akan menghapus semua kesalahannya”. (Hadits riwayat Tirmidzi).
Kaum muslimin rahimakumullah;
Ibadah shalat sah hukumnya bila cukup syarat dan rukunnya. Salah satu syarat sahnya shalat itu ialah suci badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Bila salah satu dari ketiganya terlihat terkena najis maka harus berusaha sedapat mungkin untuk menyucikannya sampai hilang zatnya, warnanya, rasanya dan baunya. Jika najis itu tidak terlihat atau tidak dapat dihilangkan maka tidak berdosa baginya, dalam arti boleh shalat dalam keadaan demikian.
Bila kita hendak mengerjakan shalat, kita diperintahkan untuk bersuci dari hadats kecil dengan jalan berwudhu' dan mandi wajib jika berjunub. Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ ۚوَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
"Hai orang-orang yang beriman! Jika kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai kesiku, dan sapulah kepalamu dan basuh kakimu sampai kedua mata kaki. Dan jika kamu dalam keadaan junub,maka bersuci”. (Al Maaidah [5]: 6).
Nabi Muhammad SAW bersabda:
لاَ يَقْبَلُ اللهُ صَلاَةَ اَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ (رواه البخارى ومسلم)
"Allah tiada menerima shalat salah seorang di antara kamu bila ia berhadats hingga ia berwudhu lebih dahulu”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
Dengan demikian jelaslah bagi kita, bahwa adanya kewajiban shalat lima waktu sehari dan shalat Jum'at sekali seminggu, mengandung ajaran agar kita membiasakan diri untuk memelihara kebersihan diri, jasmani dan rohani, kebersihan pakaian dan lingkungan. Ibadah shalat memberi jaminan kebersihan diri, pakaian dan lingkungan bagi orang yang melaksanakannya. Di sinilah letaknya bahwa ibadah ikut berperan membina kesehatan jasmani, selain peran utama membina kesehatan jiwa/rohani.
Dengan mengerjakan ibadah shalat, tercerminlah pribadi muslim yang selalu bersih jasmaninya, bersih pakaiannya dan bersih lingkungannya.Tercermin pula seorang muslim yang selalu sehat rohaninya, hidupnya tenang dan tenteram, tidak resah dan gelisah, bersifat dan berperilaku yang baik, serta tidak melakukan perbuatan keji dan munkar atau perbuatan maksiat yang merugikan dirinya, keluarganya dan masyarakat lingkungannya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ تَكُنْ لَهُ نُوْرًا وَلاَ بُرْهَانًا وَلاَ نَجَاةً، وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُوْنَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَنَ وَاُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ (رواه أحمد والطبرانى وابن حبان)
"Barang siapa yang memelihara shalat, maka ia akan beroleh nur cahaya, bukti keterangan dan kebebasan di hari kiamat, dan barang siapa yang tidak memelihara shalat, maka ia tidak akan beroleh nur cahaya, bukti keterangan dan kebebasan, sedang di hari kiamat ia akan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubai bin Khalf ". (Hadits riwayat Ahmad, Thabrani dan Ibnu Majah).
Allah berfirman:
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنفِقُوا خَيْرًا لِّأَنفُسِكُمْ ۗوَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Maka bertaqwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah: dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (At-Taghabun [64]: 16)