Hubungan Manusia Dengan Alam, Orang Lain, Diri Sendiri Dan Allah

 

[Muqadimah 1] 

Hadirin jama'ah Jum'at yang dimuliakan & dirahmati Allah swt.

Pertama-tama saya wasiatkan kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sidang jum'at yang dimuliakan Allah SWT, marilah kita bersama-sama untuk memantapkan keislaman, keimanan dan ketaqwaan serta dzikir dan pikir kita kepada Ilahi Rabbi, dalam segala aspek kehidupan kita, masa kini dan mendatang.

Hadirin Jama'ah jum'at yang berbahagia.

Telah sama kita ketahui bahwa salah satu fungsi manusia, sebagai hamba Allah ialah kedudukannya sebagai "khalifah" di muka bumi ini, seperti dinyatakan dalam al-Qur'an surat Al-An'am 165 yang berbunyi;

وَهُوَ الَّذِىۡ جَعَلَـكُمۡ خَلٰٓٮِٕفَ الۡاَرۡضِ وَرَفَعَ بَعۡضَكُمۡ فَوۡقَ بَعۡضٍ دَرَجٰتٍ لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِىۡ مَاۤ اٰتٰٮكُمۡ‌ؕ اِنَّ رَبَّكَ سَرِيۡعُ الۡعِقَابِوَاِنَّهٗ لَـغَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ

  "Dan dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian yang lain beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu". (Q.S Al-An'am [6] :165)

Ar-Raghib dalam bukunya "Al-Mufradat fi Gharibil Qur'an" menerangkan bahwa arti penguasa/khalifah/wakil. Setiap wakil adakalanya mewakili seseorang yang tidak hadir, atau karena kelemahannya, atau karena sebagai tanda kehormatan/kemuliaan. Kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, dengan pengertian sebagai tanda penghormatan yang diberikan Tuhan kepada manusia itu. Dalam kedudukannya sebagai Khalifah di muka bumi ini, manusia haruslah melaksanakan segala sesuatu yang diridhoi Allah SWT, menjalankan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan-Nya, bersikap loyal dan berlaku patuh, kuat memegang amanah.

Amanah dimaksud adalah antara lain, bagaimana kita harus bisa memelihara lingkungan kita, suatu lingkungan dan hubungan yang baik dan serasi, yakni hubungan kita dengan alam sekitar, hubungan dengan diri orang lain, hubungan dengan diri kita sendiri, serta hubungan kita dengan Allah SWT.

Hadirin Jama'ah Jum'at yang seiman

Dalam kesempatan yang singkat ini baiklah kami jelaskan secara singkat satu-persatu  mengenai beberapa hubungan tersebut.

1. Hubungan kita dengan alam sekitar;

Kita yang dipercayakan oleh Allah SWT, Allah Al-Khalik untuk memegang jabatan khalifah di muka bumi, maka dengan sendirinya kita harus mampu dan sanggup bertanggung jawab atas kelestarian, kebersihan, kenyamanan alam di sekitar kita. Menjaga hubungan baik, harmonis dengan alam sekitar, misalnya antara lain tidak merusak, tidak membabat, tidak membakar hutan, lahan perkebunan, juga tidak membakar sampah ilalang, limbah di sekitar rumah. Jangan sampai membuang sampah sembarangan, jangan membuang sampah plastik, kayu, dan lain-lain ke sungai-sungai parit dan lain-lain, hal mana berakibat pada pendangkalan sungai, parit, dan selokan yang pada gilirannya akan menimbulkan kebanjiran.

Masih teringat dan  terngiang di telinga kita, di hati kita, betapa sedihnya akibat yang timbul dari dampak pembakaran hutan. Dalam musim kemarau panjang kemarin, di mana telah menimbulkan asap, kabut tebal, yang sangat mengganggu kelancaran transportasi, baik udara, darat maupun laut, berupa korban jiwa, harta benda, materi dan sebagainya.

Juga adanya berbagai macam penyakit seperti ISPA, sakit mata dan sebagainya, ini sekali lagi akibat kita tidak mau bersahabat dengan alam sekitar.

ΜUΙ Prov. Kalsel, dalam rangka RAKORDA Se-Kalimantan, telah mengeluarkan fatwa haram, tentang Penebangan liar, yakni fatwa Νο: 127/MIJI-KS/ΧΙΙ/2006, dan fatwa Νο.128/MUI-KS/ΧΙΙ/2006. tentang Pembakaran hutan tanggal 22 Zulqaidah 1427 N. bertepatan dengan tanggal 13 Desember 2006 Μ.

Hadirin jamaah Jum'at yang dimuliakan Allah.

2. Hubungan kita dengan orang lain;

Dalam berhubungan dengan orang lain, tidak melihat apakah orang lain itu tua atau muda, saudara atau jiran tetangga, konglomerat atau konglomelarat, pegawai rendahan atau yang berjabatan atau berpangkat, dan sebagainya, pokoknya siapa saja orang lain itu, apakah seagama atau tidak, sesuku atau tidak, hendaknya kita dapat berbuat baik kepada mereka, hubungan yang harmonis, selalu silaturrahim, rukun sesama Banjarmasin, Banjarbaru, Nulu Sungai, sesama Jawa, sesama PARPOL. Dalam menjalin hubungan baik dengan orang lain/masyarakat tersebut, hendaknya kita berpedoman bahwa "aku adalah masyarakat dan masyarakat adalah aku." Sebagai manusia biasa kita tentu ingin dihormati, dihargai oleh orang lain, nah oleh karena itu kita juga harus menghargai serta menghormati orang lain.

Dalam hal hidup bermasyarakat ini, Rasulullah Muhammad SAW ada bersabda:

عَن النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ؛ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى (رواه مسلم)

"Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam kasih sayang, kecintaan dan lemah lembut mereka bagaikan satu tubuh, jika suatu penyakit menimpa kepada salah satu anggota tubuh, maka menjalarlah penyakit itu ke seluruh tubuh, sehingga tidak bisa tidur dan terasa panas".

Begitulah perumpamaan hubungan kita dengan orang lain, sebagai satu tubuh atau badan, kalau salah satu anggota badan kita sedang sakit, maka seluruh badan kita turut menderita, jadi seluruh badan itu turut menderita akibat yang ditimbulkan oleh penyakit yang menimpa salah satu anggota badan kita tersebut.

3. Hubungan dengan diri kita sendiri;

Yang dimaksud di sini adalah bagaimana kita bertindak atau berprilaku terhadap diri kita sendiri, seperti berbadan sehat, berpakaian bersih, berhati suci dan sebagai-Nya. Demikian juga bagaimana kita harus selalu mengoreksi diri sendiri, selalu introspeksi, selalu memeriksa diri sendiri, sebelum menyalahkan orang 1ain. Kadang-kadang pada sebahagian orang berlaku pribahasa : Gajah di kelopak mata sendiri tidak nampak, sedangkan semut di seberang lautan dilihatnya.

Di samping itu kita harus dapat menghindarkan dari larangan-larangan Allah SWT. Apalagi dalam alam era Globalisasi seperti saat ini, kita harus dapat menangkal, memfilter diri kita masing-masing dari pengaruh-pengaruh negatif dengan iman dan taqwa, bertabiatlah seperti falsafah ikan di laut, Walaupun ikan itu hidup di laut, di air yang asin, tapi dagingnya tetap tawar, tidak berubah menjadi asin.

4. Hubungan kita dengan Allah SWT atau حبل من الله

Allah sebagai Al-Khaliq, Sang Pencipta, dan kita sebagai makhluk, yang diciptakan, sudah selayaknya bilamana kita harus mengabdi dan menghambakan diri kepada-Nya.

Allah telah menunjukkan mana jalan yang benar, yang harus dijalani, begitu juga mana yang sesat yang harus dihindari. Jelasnya, manusia sebagai hamba Allah SWT mutlak harus mengabdi kepada-Nya, melaksanakan apa-apa yang dilarang­-Nya (امر معروف نهى منكر). Misalnya, Allah memerintahkan untuk mengerjakan shalat. (اقم الصلاة) maka wajib dikenakan, Allah mewajibkan bayar zakat bagi yang memenuhi nilai hisab dan haulnya, maka wajib dikeluarkannya, Allah memerintahkan mengerjakan puasa (يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ), maka wajib ditunaikannya.

Di samping kita sebagai manusia,wajib mengenakan apa-apa yang disuruh, maka begitu juga kita wajib meninggalkan, menjauhi apa-apa yang dilarang oleh Allah, maupun yang dilarang oleh pemimpin-pemimpin kita atau pemerintah. Misalnya meminum-minuman keras, menelan tablet/pil-pil yang sudah dibungkus atau diselimuti oleh syetan, seperti pil koplo, ekstasi, putaw, heroin, morfin, kokain, ganja dll, semuanya itu dilarang. Baik oleh Allah SWT maupun oleh pemerintah, maka sebagai manusia yang beriman wajiblah menjauhinya dan ikut aktif memberantasnya. Cara memberantasnya, ikuti petunjuk Rasulullah SAW yang berbunyi sebagai berikut :

عنْ أبي سعيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ تَعَالَى عنهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ (رواه مسلم)

Hadirin Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah.

Demikianlah masalah hubungan kita dengan alam sekitar, kita harus merasa adanya saling membutuhkan, mempunyai sifat ketergantungan antara kita dengan alam sekitar tersebut. Kita sebagai hamba Allah yang beriman, seyogyanya harus bisa menjaga, memelihara, mengembangkan secara baik dan wajar terhadap alam sekitarnya, baik hutan, ladang, halaman, pepohonan, air, udara, dan lain-lain, milikilah kesadaran lingkungan yang lebih tinggi, semoga Allah SWT selalu memberkahi kita semua.

Demikianlah khutbah yang dapat kami sampaikan kali ini, semoga ada manfaatnya untuk mengisi sisa-sisa umur yang ada pada diri kita masing-masing. Kita berharap semoga amal ibadah kita, pekerjaan kita, karya-karya kita, lebih baik dań waktu-waktu sebelumnya, dan kita termasuk orang-orang yang hasanah di dunia dan hasanah di akhirat. Amin Υa Rabal Alamin.

[Muqadimah 2]

Share:
admin@ecomasjid.id