Dipedesaan, daerah terpencil serta kepulauan pada umumnya tidak tersedia pengangkutan sampah untuk dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah harus dikelola sendiri yang umumnya dengan dibakar di tempat sampah terbuka (open pit). Tentunya tempat sampah terbuka ini banyak menimbulkan masalah, selain tampak kotor, juga berbau, banyak binatang, lalat, dll. Pembakaran membutuhkan bahan bakar dan tidak dapat dilakukan ketika hujan.

Tungku Bakar Sampah (TBS) adalah cara pengolalaan sampah yang melibatkan pembakaran sampah secara tertutup. Sampah dimasukan dari atas dan dibakar melalui tungku bakar dari lubang bakar dibawahnya dengan menggunakan bahan2 sisa (sampah) yang mudah terbakar. Pembakaran sangat mudah bisa dilakukan ketika hujan atau panas. Semakin kering sampah maka semakin tinggi temperatur dan semakin sedikit asapnya. Namun tentu asap pembakaran ini menimbulkan polusi udara dan masih mengganggu kesehatan.

Teknik menghilangkan asap ini meniru fenomena yang terjadi di alam dimana ketika selesai hujan udara akan lebih segar dan asap hilang. Setelah melakukan beberapa kali perubahan desain telah ditemukan desain sprayer air bertingkat yang dapat menyerap partikel asap. Air sebagai filter akan keruh dengan partikel asap setelah beberapa waktu dilakukan sirkulasi. Air yang mengandung partikel asap ini dapat dimanfaatkan sebagai pestisida organik untuk tanaman. 

Tungku bakar sampahTBS telah di rancang dan dibuat sendiri oleh ustadz di pondok pesantren Al Amanah Sempon, Wonogiri, Jawa Tengah untuk menghilangkan sampah residu yang tidak dapat diolah kembali (bungkus makanan, plastik, dll). Sampah organik dan non-organik dilakukan pengolahan selanjutnya untuk dapat dimanfaatkan. 

TBS ini bisa dapat dibuat sendiri serta banyak memberikan kemudahan, lebih bersih serta lebih ramah lingkungan. Satu unit TBS skala kecil ini cukup untuk masjid kapasitas 400 jamaah, 3 madrasah dengan 300 murid, guru & wali murid, pondok pesantren dengan 50 santri, satu 20 orang yang menetap serta sampah kebun.  

Di pondok pesantren Al Amanah, Sempon, Wonogiri, Jawa Tengah, telah menerapkan pengelolaan sampah secara terintegrasi dilakukan dengan pemilahan ditempat, menggunakan peralatan pengumpul sampah yang di rekayasa sendiri baik untuk dalam-ruang dan luar-ruang, sehingga dapat terpilah di tempat. Penggunaan pengumpulan sampah portabel ini karena untuk mengakomodasi masjid ataupun pondok pesantren yang terkadang memiliki kegiatan yang sewaktu-waktu sangat besar untuk ribuan orang.

Sampah Organik adalah black gold (emas hitam) dimana setelah diolah akan memberikan manfaat bagi seluruh mahluk. Selengkapnya dapat dibaca di https://mui-lplhsda.org/olah-sampah-jadi-berkah-bio-daur-ulang-sampah-rumah-tangga/

 

Oleh: Dr. Hayu Prabowo

Share: