MENCARI MANUSIA YANG MANUSIAWI
(Idul Fitri)
[Muqadimah 1]
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Hadirin kaum muslimin yang terhormat.
Hari Idul Fitri telah tiba, mengakhiri pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan tahun ini. Sebulan lamanya umat Islam digembleng agar terlepas dari belenggu nafsu yang menggoda perjalanan mereka menuju ridha Ilahi. Dalam berpuasa, umat Islam ditempa agar dapat mengendalikan syahwat perut dan nafsu biologis, karena bila kedua hal ini tidak terkendali, berakibat meluncurnya derajat kemanusian yang mereka miliki turun ke derajat hewani; fakta dan data banyak berbicara dalam persoalan ini.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Hadirin Kaum Muslimin Yang Terhormat.
Tersebutlah riwayat pada zaman dahulu, seorang filosof berjalan mengitari kota, memasuki desa dan menelusuri lorong-lorong perkampungan. Ia berjalan disiang bolong seraya membawa obor menyala ditangannya. Lalu ada yang bertanya kepadanya:
"Wahai tuan filosof, apa yang tuan cari disiang bolong begini, membawa obor marak menyala, padahal matahari bersinar terang benerang."
Ia menjawab : "Aku mencari manusia."
Orang itu bertanya lagi :"Wahai tuan filosof, orang-orang yang berkeliaran disetiap jengkal tanah dan ranah ini, apakah bukan manusia."
Ia menjawab : "Tidak, mereka bukan manusia, mereka adalah hewan-hewan melata yang berbentuk manusia."
Orang tadi bertanya kembali : "Wahai tuan filosof, alangkah kejamnya anda memvonis mereka sebagai hewan."
Sang filosof berkata lagi : "Memang, mereka adalah hewan-hewan yang hanya makan, tidur, dan melakukan hubungan biologis. Seandainya ia merasa dirinya adalah manusia, niscaya ia akan berusaha agar dirinya bermanfaat dan mendatangkan kebaikan. Namun kenyataannya, mereka hidup hanyalah membikin jalan-jalan menjadi macet, menyebabkan kekayaan di atas perut bumi menjadi terkuras, membuat lahan tempat tinggal menjadi sumpek, mengakibatkan udara nan bersih menjadi kotor, bahkan membikin repot para pakar dan memusingkan petugas keamanan."
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Hadirin Kaum Muslimin Yang Terhormat.
Bersediakah hadirin sekalian kami ajak untuk bertanya kepada diri kita masing-masing : apakah kita ini manusia ? Jawabannya jelas, kita akan berkata bahwa kita ini adalah manusia. Baiklah kalau itu jawabannya, pertanyaan berikutnya, apakah tindak tanduk dan perilaku kita sudah manusiawi ?
Hadirin,
v Manusiawikah orang yang membuang sampah seenaknya, ia lempar dari jendela mobil mengkilat, atau orang yang membuang bangkai tikus dan ular ke jalan raya, sehingga perut dan ususnya terburai hancur digilas sejumlah kendaraan, menjijikkan pandangan mata.
v Manusiawikah orang yang menggunakan air dengan boros karena bisa membeli sebanyaknya, padahal berapa banyak orang lain yang kekurangan air.
v Manusiawikah orang yang menggunakan energi listrik semaunya karena mampu membayar berapapun penggunaanya, padahal berapa banyak pula orang lain yang tidak kebagian aliran listrik.
v Manusiawikah orang yang menumpuk BBM pada saat orang lain kesulitan mendapatkannya.
v Manusiawikah orang yang seenaknya menangkap ikan dengan penyetruman, bukan saja ikan-ikan besar tewas dan mati tetapi juga sampai kepada bibit ikan itu sendiri.
v Manusiawikah orang yang membabat hutan seenaknya, dan mengeruk batu bara semaunya; sehingga alam dan lingkungan menjadi rusak ?
Banyaklah lagi ilustrasi yang dapat dikemukakan terjadi disekitar kehidupan kita. Renungkan ayat berikut ini:
وَلَـقَدۡ ذَرَاۡنَا لِجَـهَنَّمَ كَثِيۡرًا مِّنَ الۡجِنِّ وَالۡاِنۡسِ ۖ لَهُمۡ قُلُوۡبٌ لَّا يَفۡقَهُوۡنَ بِهَا وَلَهُمۡ اَعۡيُنٌ لَّا يُبۡصِرُوۡنَ بِهَا وَلَهُمۡ اٰذَانٌ لَّا يَسۡمَعُوۡنَ بِهَا ؕ اُولٰۤٮِٕكَ كَالۡاَنۡعَامِ بَلۡ هُمۡ اَضَلُّ ؕ اُولٰۤٮِٕكَ هُمُ الۡغٰفِلُوۡنَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai".(QS.Al-A'raf [7]: 179)
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Hadirin Kaum Muslimin Yang Terhormat.
Syekh Mustafa Lutfi Al-Manfathuti menulis dalam bukunya An-Nazharat :
لاَ يُفَرِّقُ بَيْنَ اْلاِنْسَانِ وَالْحَيَوَانِ اِلَّا الاِحْسَانُ
"Tidak ada yang membedakan antara manusia dan hewan itu kecuali ihsan (perbuatan baiknya)."
Hadirin,
Sikap ihsan inilah yang hendak ditumbuh-kembangkan melalui idul fitri. Inilah pula yang hendak dilukiskan di dalam lembaran idul fitri melalui ucapan mohon maaf lahir & batin, melalui kartu lebaran dan WhatsAap, melalui kunjung-berkunjung antar sesama; disuguhkanlah makan lezat dan minuman manis, baju baru dan aroma minyak wangi turut mewarnai idul fitri, ditambah gafura tegak bediri dimana-mana, bendera-bendera pun berkibar turut menyemarakkan suasana, terakhir pekik takbir "Allahu Akbar," pengakuan akan kebesaran Allah berkumandang di udara. Alangkah indahnya hidup jika nuansa idul fitri lestari disepanjang detik-detik hari dalam kehidupan. Allah SWT pun memerintahkan manusia agar bertindak manusiawi, yaitu dengan berbuat baik.
Allah SWT berfirman :
… وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ
"…Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". (QS. Al-Qashash [28]:77).
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar
Hadirin Kaum Muslimin Yang Terhormat.
Menurut Syekh Al Manfaluthi manusia terbagi kepada beberapa tipe:
Pertama :
رَجُلٌ يُحْسِنُ اِلىَ نَـفْسِهِ وَلاَ يُحْسِنُ اِلىَ غَيْرِهِ وَهُوَ الشَّرِهُ الْمُتَكَالِبُ الَّذِى لَوْ عَلِمَ اَنَّ الدَّمَ السَّائِلَ يَسْتِحِيْلُ اِلىَ ذَهَبٍ جَامِدٍ لَذَبَحَ فِى سَبِيْلِهِ النَّاسَ جَمِيْعًا
"Orang yang berbuat baik kepada dirinya, namun ia sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Mereka ini adalah orang-orang serakah lagi rakus. Seandainya darah merah yang mengalir di dalam tubuh manusia di muka bumi ini bisa berubah menjadi emas, niscaya semua manusia ia sembelih untuk mendapatkan emas itu".
Kedua :
رَجُلٌ يُحْسِنُ اِلىَ غَيْرِهِ لِيَتَّخِذَ اِحْسَانَهُ اِلَيْهِ سَبِيْلاً اِلىَ الاِحْسَانِ اِلىَ نَفْسِهِ وَهُوَ الْمُسْتَبِدُّ الْجَبَّارُ الَّذِى لاَيَفْهَمُ مِنَ الاِحْسَانِ اِلاَّ اَنَّهُ يَسْتَعْبِدُ اْلاِنْسَانَ
"Orang yang berbuat baik kepada orang lain, tetapi perbuatan baiknya itu hanyalah sebagai umpan untuk mendapatkan kebaikan dari orang lain. Mereka ini adalah penjajah yang garang, kebaikan menurut mereka adalah perhambaan manusia untuk kepentingan dirinya".
Ketiga :
رَجُلٌ لاَ يُحْسِنُ اِلىَ نَفْسِهِ وَلاَ اِلىَ غَـيْرِهِ وَهُوَ الْبَخِـيْلُ اْلأَحْمَقُ الَّذِى يُـجِيْعُ بَـطْنَهُ لِيَـشْبَعَ صُنْدُوْقَـهُ
"Orang yang tidak berbuat baik kepada dirinya sendiri dan juga tidak berbuat baik kepada orang lain. Mereka ini manusia-manusia bakhil lagi bodoh. Ia tumpuk kekayaan, namun pada hakekatnya hanyalah membuat perutnya lapar agar peti besinya menjadi buncit kenyang".
Keempat :
وَهُوَ الَّذِى يُحْسِنُ اِلىَ نَفْسِهِ وَاِلىَ غَيْـِرهِ
"Orang yang berbuat baik untuk dirinya dan juga berbuat baik untuk orang lain".
Menurut Al Manfaluthi, orang ini tahu mana yang harus ia perbuat, apa yang dapat ia nikmati untuk dirinya sendiri dan kapan ia berbuat baik kepada orang lain. Orang seperti inilah yang dinamakan manusia, yang dicari-cari di manakah mereka berada; yang dicari kemana-mana oleh sang failasuf pada zaman dulu kala.
Dimanakah posisi kita dari keempat tipe ini? Idul Fitri menggugah kita untuk menjadi manusia yang manusiawi.
Demikianlah khutbah ini semoga ada manfaatnya.
[Muqadimah 2]