Islam Sebagai Motivasi Dalam Mempertahankan Keseimbangan Lingkungan Hidup
[Muqadimah 1]
Ma’ashriral Muslimin Yarhamukumullah
Allah SWT berfirman :
وَمَاۤ اَرۡسَلۡنٰكَ اِلَّا رَحۡمَةً لِّـلۡعٰلَمِيۡنَ
“Dan tiada Kami mengutus Engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS. Al Anbiya [21]: 107).
Pada khutbah kali ini kita akan berbicara Islam sebagai motivasi mempertahankan kesimbangan lingkungan hidup.
Menurut UU No. 4 Tahun 1982 Pasal, disebutkan : Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Lingkungan hidup yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita bangsa Indonesia, merupakan rahmat daripada-Nya dan wajib dikembangkan dan dilestarikan kemampuannya agar dapat menjadi sumber dan penunjang hidup bagi bangsa dan rakyat Indonesia serta makhluk lainnya, demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling istimewa, karena diberikan akal untuk mengelola lingkungan hidupnya. Ia dapat membuat segala sesuatu yang diperlukan dalam lingkungannya seperti rumah tangga sebagai tempat tinggalnya, mobil dan sebagainya.
Akan tetapi bila dibayangkan bahwa pemberian itu semuanya dari Allah dan sudah melengkapi semua keperluan manusia untuk hidup di dalamnya. Alam yang diciptakan Allah SWTbenar benar sudah dilengkapi dengan segala macam kebutuhan manusia seperti air, tanah, udara, tambang, laut, hutan, gunung-gunung, padang pasir dan segala macam ragamnya untuk diambil maanfaatnya oleh manusia.
Allah SWT telah berfirman :
وَسَخَّرَ لَـكُمۡ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِ جَمِيۡعًا مِّنۡهُ ؕ اِنَّ فِىۡ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوۡمٍ يَّتَفَكَّرُوۡنَ
“Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai suatu rahmat) dari pada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir” ( QS. Al-Jaatsiyah [45]: 13 )
Selanjutnya Allah berfirman :
الَّذِىۡ جَعَلَ لَـكُمُ الۡاَرۡضَ فِرَاشًا وَّالسَّمَآءَ بِنَآءً وَّاَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَخۡرَجَ بِهٖ مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزۡقًا لَّـكُمۡۚ فَلَا تَجۡعَلُوۡا لِلّٰهِ اَنۡدَادًا وَّاَنۡـتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ
“Dialah “ (Allah) yang menjadikan bumi ini sebagai hamparan hamparan bagimu, dan langit sebagai atap dan dia menurunkan air dari langit, lalu menghasilkan buah-buahan untuk kamu“. (QS. Al-Baqarah [2] : 22 ).
Ayat ini menunjukkan bahwa setiap ruang yang ada di langit dan di bumi diciptakan untuk melayani kepentingan manusia.
Andaikan di bumi ini tidak ada tumbuh-tumbuhan dan segala macam hewan, dari mana manusia sksn memperoleh makanan ? Dari itu, sudah sepantasnya kita menyadari bahwa kitalah yang membutuhkan makhluk-makhluk hidup yang lain untuk kelangsungan kehidupan kita. Untuk itu wajiblah kita sebagai orang yang beriman bersikap lebih merendah diri, dan tidak berlaku sombong lagi bersifat perusak di atas alam ini.
Ma’ashiral Muslimin Yarhamukumullah
Hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya adalah timbal balik dan berlangsung menurut norma-norma yang ada, sehingga apabila terjadi perubahan aturan pada hubungan ini akan terjadi pula perubahan pada lingkungan.
Yang menjadi pertanyaan bagi kita sekarang, apakah kita tidak dapat melakukan perobahan sedikitpun keadaan pada lingkungan kita? Misalnya, tidak bolehkah kita menebang pohon, merubah hutan untuk dijadikan persawahan, membendung sungai untuk irigasi, atau membuat pembangkit listrik ?
Di lain pihak, kebutuhan kita sebagai manusia semakin meningkat, yang mengharuskan adanya kegiatan pembangunan? Padahal kita semua maklum bahwa tidak ada sebuah pembangunan pun yang dilaksanakan di alam ini yang tidak menimbulkan perubahan pada lingkungannya. Jawabannya, adalah yang perlu kita pertahankan dalam melakukan kegiatan pembangunan adalah daya dukung lingkungan, yakni kemampuan suatu wilayah untuk menopang kehidupan manusia agar dapat hidup baik dan sehat, daya dukung lingkungan yang dapat menopang pembangunan yang berkesinambungan untuk menaikkan kualitas hidup sesuai tuntunan perkembangan zaman.
Agar daya dukung ini bisa berkelanjutan, ditentukan oleh banyak faktor antara lain Faktor Ekonomi yang sangat menentukan suatu pembangunan apakah maju atau mundur.
Ma’shiral Muslimin Yarhamukumullah
Islam memberikan dorongan kepada kita untuk membangun di bidang ekonomi, sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah Saw :
“ Tuntutlah duniamu seolah-olah engkau hidup selama-lamanya, dan tuntutlah akhiratmu seolah-olah engkau mati besok pagi” (Al. Hadist ).
Selanjutnya Allah SWT menjelaskan :
وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) dunia“. (QS. Al-Qashash [28]: 77).
Ma’ashiral Muslimin Yarhamukumullah
Islam mendorong setiap pemeluknya untuk bekerja keras dan sangat tercela orang-orang malas. Capailah ilmu pengatahuan setinggi mungkin untuk menggali kekayaan alam demi kepentingan hidup.
Namun semuanya itu, berhasil atau tidak, tergantung pada kehendak atau takdir Allah SWT. Bila berhasil, besar atau kecil tetap diperhitungkan sebagai nikmat dan karunia Allah sebagai pencipta, yang pada akhirnya kita wajib bersyukur dan berserah diri kepada-Nya atas semua nikmat dari ciptaan-Nya dari alam ini sebagai lingkungan hidup kita.
Tetapi dalam berusaha mencari rezeki, janganlah karena sifat rakus merusak lingkungan hidup yang semata-mata untuk kepentingan pribadi, tanpa memperhatikan kepentingan orang banyak dan keseimbangan lingkungan hidup.
Allah SWT telah berfirman :
ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia “ (QS. Ar-Rum [30]: 41).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa terjadinya kerusakan di darat dan di laut bukan karena secara kebetulan atau dengan sendirinya tanpa sebab tetapi kerusakan kan bahwa akibat perbuatan manusia.
Prof. Dr Emil Salim (mantan menteri Negera Lingkungan Hidup) mengatakan “Kerusakan alam yang amat mencekam penduduk bumi ini setidaknya timbul dari penyebab akibat cara hidup masyarakat yang begitu rakus, mereka berlomba menyimpan dan menggunakan sumber alam secara berhamburan sehingga tidak adanya pemerataan kekayaan alam bagi umat manusia “.
Islam melarang dengan keras umat manusia yang berbuat kerusakan di atas bumi, karena akan membahayakan hidup dan kehidupan umat manusia itu sendiri.
Allah SWT telah menjelaskan :
وَلَا تُفۡسِدُوۡا فِى الۡاَرۡضِ بَعۡدَ اِصۡلَاحِهَا …
“Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi ini sesudah baik keadaannya…“. (QS. Al-A’raf [7]: 56).
Seiring dengan ayat tersebut, Undang-Undang No.4 tahun 1984 tentang ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup pasal 22 ( 1 ), berbunyi :
“Barang siapa dengan sengaja melakukan perbuatan yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup/tercemarnya lingkungan hidup yang diatur dalam undang-undang ini atau undang-undang lain di ancam pidana penjara selama-lamanya 10 ( sepuluh ) tahun dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) “.
Ma’shiral muslimin Yarhamukumullah
Untuk menghindari tangan-tangan manusia merusak lingkunganh hidup, maka perlu membangun mental dan kesadaran manusia.
Apa artinya pembangunan yang hanya menghasilkan kemegahan material, seperti gedung yang menjulang tinggi, jembatan yang kokoh kuat, jalan raya yang mulus, bendungan yang hebat, pabrik raksasa banyak berdiri, kalau faktor manusia yang menikmati pembangunan meterial yang mewah itu memiliki akhlak yang rusak dan jiwa yang gersang dari iman dan tauhid? Jika hal itu terjadi pembangunan material yang hebat itu tidak akan ada artinya, dan tunggulah saat kehancurannya.
Allah swt menggambarkan dalam firman-Nya :
قَدۡ اَفۡلَحَ مَنۡ زَكّٰٮهَا وَقَدۡ خَابَ مَنۡ دَسّٰٮهَا
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa(mental), dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotori jiwanya“ (Asy-Syam [91]: 9-10 )
Sebenarnya agama kita adalah agama pembangun. Di dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 30 sebetulnya merupakan cetusan ide pembangunan yang pertama di muka bumi, dijadikannya manusia pertama sebagai khalifah fil ardhi untuk memakmurkan lingkungan hidup atau membangun kehidupan di bumi ini. Nabi Adam AS bersama keturunannya diberikan penunjuk sebagai pegangan hidup, sekaligus pembangunan mental mereka.
Kemudian pada masa Nabi terakhir, pembangunan faktor manusia menjadi prioritas utama. Apa yang dikerjakan oleh Rasulullah dengan susah payah pada masa perjuangannya? Tiada lain membangun faktor manusia dengan menanamkan kepercayaan tauhid atau iman kepada Allah swt.
Oleh karena itu, mari kita membangun bangsa dan negara yang kita cintai ini dengan penuh iman dan taqwa. Allah swt telah berfirman :
وَلَوۡ اَنَّ اَهۡلَ الۡقُرٰٓى اٰمَنُوۡا وَاتَّقَوۡا لَـفَتَحۡنَا عَلَيۡهِمۡ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالۡاَرۡضِ وَلٰـكِنۡ كَذَّبُوۡا فَاَخَذۡنٰهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَكۡسِبُوۡنَ
“Jikalau sekiranya penduduk suatu negeri, beriman dan bertaqwa, pastilah akan Kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan dari bumi “ (Al A’raf [7]: 96)
Demikianlah khutbah kali ini, semoga kita semua dapat mengambil hikmahnya.
[Muqadimah 2]