Islam dan Pemeliharaan Ekosistem Laut

[Muqadimah 1]

Jama’ah Jum’at Yarhamukumullah,

Indonesia adalah negara kepulauan yang sekitar 75% wilayahnya berupa laut yang berisi kekayaan laut yang melimpah. Laut Indonesia merupakan kekayaan alam bangsa Indonesia yang telah membentuk identitas dan memiliki peran penting dalam kelangsungan hidup bangsa. Luas dan panjang garis pantai Indonesia menjadi potensi yang luar biasa untuk pembangunan bidang perikanan dan pariwisata.

Akan tetapi, akibat perilaku manusia yang materialis, keadaan laut yang dimiliki Indonesia semakin lama semakin memprihatinkan. Berbagai kerusakan laut makin banyak ditemukan, diantaranya:

·     pencemaran di Teluk Buyat, Sulawesi yang menyebabkan berkurangnya ikan di laut bahkan pencemaran ini berdampak pada manusia.

·        sedimentasi di wilayah Segara Anakan dan teluk Jakarta akibat pembuangan sampah dan limbah terus menerus dari sungai. Sehingga membuat mati hutan bakau, hewan dan tumbuhan yang ada di dalam teluk tersebut.

·         Rusaknya lingkungan pantai.

-   Pengambilan pasir pantai, batu karang dan material lainnya. Di pantai Pasir Panjang, Kota Kupang, masih bisa kita temukan penambangan batu karang untuk dibuat kapur.

-   Pembangunan di kawasan pantai juga turut membeli andil bagi rusaknya pantai yang berakibat buruk bagi ekosistem.

·    Ribuan kapal-kapal penangkap ikan asing dengan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan yang merusak terumbu karang di hampir semua kepulauan di Indonesia

·       Konversi hutan mangrove untuk tambak ataupun perumahan dan industri.

 

Atas fenomena kerusakan ekosistem laut ini, Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Ar-Ruum[30]:41).

Jama’ah Jum’at yang berbahagia,

Islam adalah Diin yang Syaamil (Integral), Kaamil (Sempurna) dan Mutakaamil (Menyempurnakan semua sistem yang lain), yang mengatur semua bentuk kehidupan manusia di muka bumi. Ajaran Islam bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah. Makhluk hidup dalam hal ini khususnya manusia diciptakan oleh Allah dan disebarkan di muka bumi antara lain untuk mengelola isi bumi dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai makhluk Allah yang paling sempurna.

Allah telah menciptakan suatu sistem hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang disebut ekosistem. Alam ini tidak berjalan dengan sendirinya dan tanpa aturan, semuanya itu sudah diukur menurut kadar keseimbangan dan perhitungan yang tepat,  seperti dalam firman Allah SWT:

وَالۡاَرۡضَ مَدَدۡنٰهَا وَاَلۡقَيۡنَا فِيۡهَا رَوَاسِىَ وَاَنۡۢبَتۡنَا فِيۡهَا مِنۡ كُلِّ شَىۡءٍ مَّوۡزُوۡنٍ وَجَعَلۡنَا لَـكُمۡ فِيۡهَا مَعَايِشَ وَمَنۡ لَّسۡتُمۡ لَهٗ بِرٰزِقِيۡ   وَاِنۡ مِّنۡ شَىۡءٍ اِلَّا عِنۡدَنَا خَزَآٮِٕنُهٗ وَمَا نُنَزِّلُهٗۤ اِلَّا بِقَدَرٍ مَّعۡلُوۡمٍ‏

 “Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami Telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya [maksudnya segala sesuatu itu sumbernya dari Allah s.w.t.]; dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu. (Al-Hijr [15]:19-21)

Bumi diciptakan serasi sehingga jumlah daratan dan lautnya disesuaikan dengan kebutuhan manusia. Allah mengulangi kata bumi dalam Al-Qur’an 12x , kata laut 33x. Perbandingan jumlah itu sesuai dengan luas bumi yaitu 75% lautan dan 25% daratan. Karena fungsi pentingnya sebagai sumber kehidupan maka laut mendapat kedudukan hukum sangat istimewa seperti sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang laut:

 "(laut itu) airnya suci dan mensucikan serta bangkai ikannya halal" (Musnad Ahmad 14481)

Kesucian laut dan kehalalan bangkai yang ada didalamnya mengisyaratkan betapa laut dan ikan adalah sesuatu yang penting dan tidak hanya semata memiliki rasional semata, tetapi juga memiliki relasi yang cukup kuat dengan ubudiyah yang bersifat spiritual.

Jama’ah Jum’at Sekalian,

Manusia adalah makhluk yang sempurna dengan kemampuan akal, qalbu, serta nilai-nilai yang diberikan Allah yang dapat membentuk akhlak baik dan dapat diaktualisasikan dalam bentuk hubungan yang harmonis dengan alam lingkungannya.

Manusia di tengah-tengah alam memiliki peran sebagai subyek yang akan berpengaruh terhadap lingkungannya, dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya itu merupakan interaksi yang saling mempengaruhi. Sebagai makhluk Allah yang diberi akal dan kepribadian serta banyak lagi kelebihan-kelebihan yang lain yang telah dianugerahkan-Nya, manusia dapat menentukan sikap terhadap ekosistem di tempat di mana ia hidup.

Di dalam Al-Qur’an di jelaskan bahwa kita berkewajiban untuk berbuat baik terhadap alam semesta (Hablum minal ‘alam). Mereka yang membuat kerusakan di muka bumi setelah Allah swt memperbaikinya adalah mereka yang belum sampai kesempurnaan imannya. Allah berfirman dalam Al-A’raf:

...وَلَا تُفۡسِدُوۡا فِى الۡاَرۡضِ بَعۡدَ اِصۡلَاحِهَا‌ ؕ ذٰ لِكُمۡ خَيۡرٌ لَّـكُمۡ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ‌

" ...dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman". (QS. Al-A’raf [7] : 85)

Βila mereka membuat kerusakan di muka bumi, maka belum betullah iman mereka itu. Memperbaiki iman adalah sebuah amalan jihad di sisi Allah swt. Dan bila upaya untuk mempertahankan dan memperbaiki iman (agama) merupakan jihad, maka mempertahankan kelestarian lingkungan juga merupakan jihad, karena memelihara lingkungan dan tidak membuat kerusakan di atasnya sama halnya dengan memperbaiki iman supaya mencapai ketakwaan, yaitu mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Karena sesungguhnya orang bertakwa dekat dengan alam seperti firman Allah dalam surat Al-Qamar:

اِنَّ الۡمُتَّقِيۡنَ فِىۡ جَنّٰتٍ وَّنَهَرٍۙ

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu di dalam taman-taman dan sungai-sungai (Al-Qamar [54]:54)

 

Dalam menghadapi kenyataan banyaknya kerusakan lingkungan hidup, yang disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab, marilah kita umat Islam kembali kepada tuntunan Islam sebagaimana digariskan dalam Alquran dan Hadis. Dalam ayat-ayat Alquran yang tersebut tadi, Allah SWT memerintahkan kepada kita agar kita menjadi orang-orang yang beriman yang tidak berbuat kerusakan di muka bumi dalam menjalankan kehidupan. Allah SWT berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A'raf [7] : 96)

Di negeri kita, bencana demi bencana datang silih berganti. Yang semula mungkin tidak pernah terpikirkan. Saat kemarau, maka yang datang adalah kemarau panjang. Akibatnya, air sulit dicari, pertanian gagal panen, dan sebagainya. Sementara jika hujan, seringkali yang dirasakan bukan hujan sebagai rahmat, tetapi hujan yang membawa banjir, badai dan angin topan yang dari hari  ke hari semakin berdampak buruk pada kehidupan manusia.

Berdasarkan firman Allah tersebut sesungguhnya setiap muslim yang beriman dan bertakwa dituntut memiliki akhlak yang mulia. Akhlak mempunyai pengertian yang luas, yaitu menyangkut hubungan manusia dengan Allah (Hablum minallah), dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia (Hablum minannas), dengan makhluk lain di alam seperti hewan, tumbuhan, tanah, udara dan air (Hablum minal ‘alam).

Sebagai akhir khutbah ini saya mengajak, hendaknya kita bersikap dan berperilaku yang baik terhadap alam sekeliling kita, terutama laut sebagai sumber kehidupan makhluk. Sehingga  kita semua dan anak keturunan kita terbebas dari azab Allah baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita pada jalan-Nya yang lurus dan senantiasa mengampuni segala kesalahan dan dosa yang pernah kita perbuat, serta mewafatkan kita dalam keadaan husnul khotimah bersama orang-orang yang shaleh.

[Muqadimah 2]

Share:
admin@ecomasjid.id