Konsep ecoMasjid berasal dari dua kata Eco dan Masjid yang masing-masing mempunyai definisi berbeda. "Eco" diambil dari kata “ecology” yang merupakan terminologi yang erat kaitannya dengan ekosistem, yaitu suatu sistem yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan lingkungannya.
Sedangkan Masjid adalah tempat bersujud. Istilah masjid menurut syara adalah tempat yang disediakan untuk shalat di dalamnya dan sifatnya tetap, bukan untuk sementara.
Sehingga ecoMasjid adalah tempat beribadah tetap yang mempunyai kepedulian terhadap hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan lingkungannya.
Keberhasilan menciptakan kehidupan yang ramah lingkungan merupakan penjelmaan dari hati bersih dan pikiran jernih umat beragama dan merupakan titik-tolak upaya menciptakan negeri yang asri, nyaman, aman sentosa: baldatun thoyyibatun wa Robbun Ghafur.”
Krisis lingkungan hidup dengan berbagai manifestasinya, sejatinya adalah krisis moral, karena manusia memandang alam sebagai obyek untuk dikuras bukan subyek yang perlu dipelihara untuk kelangsungan kehidupan semesta.
Maka penanggulangan terhadap masalah yang ada haruslah dengan pendekatan moral. Pada titik inilah agama harus tampil berperan melalui bentuk tuntunan keagamaan serta direalisasikan dalam bentuk nyata dalam kehidupan sehari-hari umat manusia.
Aktifitas manusia yang tidak ramah lingkungan tersebut, tentunya berdampak langsung pada lingkungan dan kehidupan manusia itu sendiri. Sumberdaya alam penting yang tak terbarukan, seperti air dan energi fosil semakin cepat terkuras.
Kelangkaan sumberdaya air dan energi merupakan ancaman konflik dan eksistensi kehidupan masa depan manusia. Penggunaan bahan bakar fosil selain jumlahnya terbatas juga menyebabkan emisi dan terjadinya efek rumah kaca yang berimplikasi pada peningkatan suhu bumi dan merubah sistem iklim bumi.
Perubahan iklim ini akan menyebabkan cuaca bumi menjadi ekstrim (kekeringan yang luar biasa atau hujan yang luar biasa) yang merusak keseimbangan tatanan ekosistem sebagai pendukung kehidupan manusia dan seluruh mahluk bumi.
Bila kita tidak segera merubah perilaku ramah lingkungan melalui konservasi air dan mencari alternatif energi baru, maka akan terjadi mafsadat lebih besar bagi kita dan generasi masa depan nanti. Islam menuntut kita untuk meninggalkan keturunan yang kuat – bukan keturunan yang lemah.
Sesuai dengan peran masjid sebagai basis pembangunan masyarakat madani, masjid bukan hanya semata-mata dijadikan sarana ibadah ritual (mahdhah), melainkan ia menjadi sarana dan sekaligus kekuatan dalam membangun dan menanamkan nilai-nilai kebaikan dan pembaharuan kehidupan umat, baik sekarang ataupun masa mendatang.
Memakmurkan masjid tidak bisa hanya dengan ceramah, perlu aksi nyata untuk membangun kemandirian umat dalam menghadapi ancaman kelangkaan air dan energi. Hal ini kita lakukan dengan orientasi pengelolaan masjid yang mandiri dan berkelanjutan pada aspek idarah (manajemen), imarah (kegiatan memakmurkan), dan riayah (pemeliharaan dan pengadaan fasilitas).
Program ecoMasjid ini, Insya Allah, akan ditingkatkan ke tingkat nasional melalui suatu perlombaan berbuat kebaikan fastabiqul khairaat, khususnya berlomba dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui masjid.