Hutan Sebagai Sumber Rezeki Dan Penghidupan
[Muqadimah 1]
Kaum Muslimin yang berbahagia!
Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur persoalan ibadah dan akhirat saja, akan tetapi juga mengatur persoalan sosial kemanusiaan dan alam lingkungan. Salah satu nikmat yang sangat besar yang diberikan Allah kepada kita adalah hutan. Keberadaan hutan sangat besar pengaruhnya bagi keberlangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Makanya Seringkali disebut bahwa hutan merupakan paru-paru dunia.
Hutan Indonesia diperkirakan luasnya mencapai 185 juta hektar. Hanya saja seharusnya nikmat Allah yang sangat besar ini disyukuri, tapi kenyataannya justru mengalami penyusutan dan bahkan kerusakan yang sangat memperihatinkan. Tahun 1950-an hutan tinggal 162 juta hektar. Sekitar 35 tahun kemudian, yakni tahun 1985 hutan Indonesia tinggal 119 juta hektar. Angka ini terus mengalami penyusutan, tahun 2000 hutan Indonesia tinggal 96 juta hektar. Diperkirakan setiap tahunnya Indonesia rata-rata kehilangan hutan sekitar 2 juta hektar.
Kalau kerusakan seperti ini terus terjadi maka akan berakibat sebagai ancaman yang serius terhadap keberlangsunagna kehidupan manusia dan lingkungan. Manusia sebagai makhluk yang paling bertanggung jawab atas kerusakan ini. Allah SWT. Mengingatkan
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum [30]: 41).
وَلاَ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلاَحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS. Al-A’raf [7]: 56).
Hutan yang di dalamnya terdapat pepohonan dan tumbuh-tumbuhan sebagai keanekaragaman nabati memberi manfaat yang sangat besar bagi keberlangsungan kehidupan manusia dan lingkungan, antara lain:
Pertama, tumbuhan sebagai penghasil oksigen. Tumbuh-tumbuhan yang memproduksi oksigen karena sel tumbuhan dapat menggunakan secara langsung energy matahari. Tumbuhan akan mengubah energi matahari menjadi energi kimia dan menyimpannya dalam bentuk nutrient. Proses inilah yang disebut fotosintesis. Hampir semua makhluk bergantung pada energi yang dihasilkan fotosintesis. Demikian juga klorofil yang berfungsi untuk menukarkan tenaga sinar matahari kepada makanan pada tumbuhan dalam proses fotosintesis. Allah SWT. berfirman:
الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ
“(Yaitu) Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu." (QS. Yasin [36]: 80).
Pepohonan dan tumbuhan yang ada di hutan sebagai sumber makanan. Betapa banyak rezeki berupa makanan yang diperoleh dan dikonsumsi manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan. Allah SWT. berfirman:
فَلْيَنْظُرِ الْإِنْسَانُ إِلَى طَعَامِهِ . أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاءَ صَبًّا . ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقًّا . فَأَنْبَتْنَا فِيهَا حَبًّا . وَعِنَبًا وَقَضْبًا . وَزَيْتُونًا وَنَخْلاً . وَحَدَائِقَ غُلْبًا . وَفَاكِهَةً وَأَبًّا . مَتَاعًا لَكُمْ وَلِأَنْعَامِكُمْ .
“Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”. (QS. ‘Abasa [80]: 24-32).
Pepohonan dan tumbuhan yang ada di hutan sebagai sumber obat-obatan dari berbagai macam penyakit. Obat-obatan yang berasal dari tumbuhan lebih aman dan tidak memiliki efek samping, dibanding obat-obatan kimiawi. Misalnya madu yang diperoleh dari aktivitas lebah, yang mengumpulkan nektar dan polen dari tumbuh-tumbuhan, kemudian memprosesnya lalu terciptalah madu. Dalam al-Qur’an Allah SWT. berfirman:
وَأَوْحَى رَبُّكَ إِلَى النَّحْلِ أَنِ اتَّخِذِي مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا وَمِنَ الشَّجَرِ وَمِمَّا يَعْرِشُونَ . ثُمَّ كُلِي مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلًا يَخْرُجُ مِنْ بُطُونِهَا شَرَابٌ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاءٌ لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibuat oleh manusia". kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan”. (QS. An-Nahl [16]:68-69).
Pepohonan dan tumbuhan yang ada di hutan sebagai peresap air. Banjir yang sering terjadi disebabkan antara lain karena penggundulan lahan sehingga semakin kurangnya daya resap karena pepohonan dan tumbuhan pada ditebang dan dirusak.
وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً بِقَدَرٍ فَأَسْكَنَّاهُ فِي الْأَرْضِ وَإِنَّا عَلَى ذَهَابٍ بِهِ لَقَادِرُونَ
“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya”. (QS. Al-Mu’minun [23]: 18).
Dengan adanya hutan yang di dalamnya terdapat pepohonan dan berbagai macam tumbuhan akan menjadikan sistem keseimbangan di alam ini. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menegaskan:
مَنْ قَطَعَ سِدْرَةً صَوَّبَ اللَّهُ رَأْسَهُ فِي النَّارِ
“Barangsiapa menebang pohon bidara maka Allah akan membenamkan kepalanya dalam api neraka”. (HR. Abu Daud).
Hal ini menunjukkan bahwa Islam melarang merusak hutan dengan menebang pepohonan secara sembarangan, sia-sia, yakni menebang pohon yang tidak mendatangkan manfaat bagi manusia dan lingkungan secara umum, apalagi merusaknya. Dengan demikian, hutan harus dipelihara, dimanfaatkan, diambil hasilnya, serta dikelola dengan baik, sehingga benar-benar hutan bisa menjadi sumber rezeki dan penghidupan kita.
[Muqadimah 2]