Berbuat Βaik Kepada Lingkungan Adalah
Kunci Keselamatan Manusia Di Dunia dan Di Akhirat
[Muqadimah 1]
Firman Allah SWT mengingatkan :
وَاٰتٰٮكُمۡ مِّنۡ كُلِّ مَا سَاَلۡـتُمُوۡهُ ؕ وَاِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَتَ اللّٰهِ لَا تُحۡصُوۡهَا ؕ اِنَّ الۡاِنۡسَانَ لَـظَلُوۡمٌ كَفَّارٌ
“Dan dia Telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu mampu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari ( nikmat Allah) “. (QS. Ibrahim [14] :34)
Di ayat lain Allah juga menegaskan :
وَاِنۡ تَعُدُّوۡا نِعۡمَةَ اللّٰهِ لَا تُحۡصُوۡهَاؕ اِنَّ اللّٰهَ لَـغَفُوۡرٌ رَّحِيۡمٌ
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“. (QS. An Nahl [16] : 18)
Oleh karena kita wajib bersyukur kepada Allah yang telah melimpahkan nikmat dan karunia yang tidak terhitιιng tersebut, sebagai wujud ketakwaan dan ketaatan kita kepada Allah SWT. Nikmat Allah yang sering kita lupakan adalah nikmat kesehatan dan peluang, kesempatan, dan nikmat waktu. Dalam Hadits Riwayat Imam Bukhari, Rasulullah bersabda :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ) [رواه البخاري[
"Ada dua nikmat, di mana banyak menusia terlena atasnya, yaitu nikmat sehat dan peluang/kesempatan"(HR Bukhari)
Dengan adanya nikmat sehat dan peluang, dan waktu ini pula, sehingga kita pada hari ini dapat menghadiri shalat jum'at di masjid yang kita cintai ini.
Jama'ah Jum'at, Yarhamukumullah,
Untuk memahmi tentang lingkungan hidup kita, maka kiranya kita mencoba memahami apa kata Al Qur'an. Allah berfιrman:
وَهُوَ الَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ بِالۡحَـقِّؕ وَيَوۡمَ يَقُوۡلُ كُنۡ فَيَكُوۡنُؕ قَوۡلُهُ الۡحَـقُّ ؕ وَلَهُ الۡمُلۡكُ يَوۡمَ يُنۡفَخُ فِى الصُّوۡرِ ؕ عٰلِمُ الۡغَيۡبِ وَ الشَّهَادَةِ ؕ وَهُوَ الۡحَكِيۡمُ الۡخَبِيۡرُ
"Dan dialah yang ιnerrciptakan langit dan bumi dengan benar. dan benarlah perkataan-Nya di waktu dia mengatakan "Jadilah, lalu terjadilah", dan di tangan-Nyalah segala kekuasaan di waktu sangkakala ditiup. Dia mengetahui yang ghaib dan yang tampak. dan Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui". (QS. Al-An'am [6] :73)
Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa Allah menciptakan langit dan bumi ini lengkap hukum-hukum yang merupakan kebenaran mutlak (Al Haqq). Hukum Alam ini disebut dengan sunatullah, yang sifatnya mutlak benar dan melekat dengan ciptaan-Nya, yang kemudian disebut Ayat-Ayat Allah juga. Untuk penciptaan langit dan bumi ini Allah cukup berfirman "Κun Fa Yakun". Dari itu hukum-hukum kebenaran yang melekat di alam itu disebut ayat-ayat Allah. Dari firman Allah tersebut maka ayat-ayat Allah di alam ini disebut "Ayat-Ayat Kauniyah". Yang menciptakan hukum atau Al Haqq itu juga Allah, maka oleh karena itu yang terjadi di alam ini, adalah juga kehendak Allah. Sesuatu musibah atau bencana tidak akan menimpa kecuali atas izin Allah, sebagaimana firman Allah SWT.:
مَاۤ اَصَابَ مِنۡ مُّصِيۡبَةٍ اِلَّا بِاِذۡنِ اللّٰهِؕ وَمَنۡ يُّؤۡمِنۡۢ بِاللّٰهِ يَهۡدِ قَلۡبَهٗؕ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ
"Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang, kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. dan Allah maha mengetahui segala sesuatu". (QS. At-Taghabun [64] : 11)
Bagi orang yang beriman musibah itu akan memberikan pencerahan bagi dirinya. Oleh karena itu setiap musibah yang menimpa padanya, hendaklah mengembalikan semuanya itu
kepada Allah, sebagaimana firman Allah dalam :
الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ
"yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Ιnna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". (QS. Al-Baqarah [2] : 156)
Makna ayat tersebut adalah: Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali. Kalimat ini dinamakan kalimat ‘istirjaa‘ (pernyataan kembali kepada Allah). Disunatkan menyebutkannya waktu seseorang ditimpa marabahaya baik besar maupun kecil.
Manusia oleh Allah telah dilengkapi dengan akal untuk dapat memahami ayat-ayat Allah yang melekat pada alam. Di sana terdapat "AL HAQQ", suatu kebenaran mutlak. Allah mengingatkan manusia agar senantiasa melakukan penelitian terhadap alam yang diciptakan Allah dengan hukum-Nya yang pasti, sebagaimana isyarat dan perintah Allah dalam S.:
اَفَلَا يَنۡظُرُوۡنَ اِلَى الۡاِ بِلِ كَيۡفَ خُلِقَتۡ وَاِلَى السَّمَآءِ كَيۡفَ رُفِعَتۡ وَاِلَى الۡجِبَالِ كَيۡفَ نُصِبَتۡ وَاِلَى الۡاَرۡضِ كَيۡفَ سُطِحَتۡ
"Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta serta bagaimana dia diciptakan, . Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? " (QS. Al Ghasiyah [88] : 17-20)
Dengan memahami hukum-hukum alam (Al Haqq) tersebut maka manusia dapat melakukan penyesuaian dengan hukum Alam tersebut, tidak melakukan pemerkosaan terhadap alam, tidak egois, manusia harus berdamai dengan alam, harus berbuat baik dan tidak melakukan perusakan terhadap alam sebagaimana firman Allah :
وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu untuk negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah kamu (kepada alam)sebagaimana Allah Telah berbuat baik kepadamu, dan jangalah kamu berbuat kerusakan di bumi.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". (QS. Al-Qashash [28] : 77)
Dari ayat tersebut kemudian dibudayakan di masyarakat Jawa, khususnya di lingkungan Karaton Ngayoyakarta Hadiningrat, dengan ungkapan "hamemayu hayuning bawono". Ungkapan menjadi pedoman masyarakat untuk menjaga dan memelihara lingkungan, menjadi salah satu kearifan lokal (local wisdom). Makna dari ungkapan tersebut adalah bagaimana kita harus melestarikan lingkungan hidup kita ini, sehingga terbina keharmonisan hidup antara manusia dengan hukum-hukum alam yang ada di sekitarnya. Sebenarnya kesadaran ini telah banyak dimiliki oleh manusia. Hanya kadangkala manusia itιι sangat egois, alias mementingkan diri sendiri, sehingga melakukan pemerkosaan terhadap alam.
Memang Allah menciptakan apa yang di bumi adalah untuk manusia seluruhnya dan sepenuhnya, sebagaimana firman Allah dalam.
هُوَ الَّذِىۡ خَلَقَ لَـكُمۡ مَّا فِى الۡاَرۡضِ جَمِيۡعًا ثُمَّ اسۡتَوٰۤى اِلَى السَّمَآءِ فَسَوّٰٮهُنَّ سَبۡعَ سَمٰوٰتٍؕ وَهُوَ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيۡمٌ
“ Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu di jadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu ". (QS. Al-Baqarah [2] : 29)
Dan manusia sebagai khalifah (wakil) Allah di dunia diberi mandat dan amanat untuk memelihara dan mengelolanya guna kesejahteraan di muka bumi, bukan sebaliknya malah membuat kerusakan. Sebagaimana firman Allah :
... هُوَ اَنۡشَاَكُمۡ مِّنَ الۡاَرۡضِ وَاسۡتَعۡمَرَكُمۡ فِيۡهَا فَاسۡتَغۡفِرُوۡهُ ثُمَّ تُوۡبُوۡۤا اِلَيۡهِ ؕ اِنَّ رَبِّىۡ قَرِيۡبٌ مُّجِيۡبٌ
"...Dia (Allah) yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya (Maksudnya: manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia, Karena itu mohonlah ampunan-Nya, Kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (Rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)". (QS. Huud [11] : 61).
Apa yang harus dipelihara dan dijaga untuk menjaga keselamatan manusia di dunia maupun di akherat nanti adalah :
(1) Lingkungan kehidupan manusia, dengan membina kasih sayang sesama manusia, selalu berusaha memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi orang lain.
(2) Lingkungan hidup hewan, dengan menjaga keseimbangan makhluk hewan bagi kehidupan manusia.
(3) Lingkungan hidup tumbuh-tumbuhan, termasuk hutan, sebab hutan atau tumbuh-tumbuhan adalah produsen oksigen, yang sangat dibutuhkan oleh manusia.
(4) Lingkungan Alam, yaitu jangan sampai memperkosa dan merusaknya, yang menyebabkan terganggunya keharmonisan alam ini. Manusia harus mampu menyesuaikan diri dengan alam. Ada pelajaran sewaktu kita melakukan ibadah haji, kita dilarang membunuh binatang, dan menebang atau mencabut tumbuh-tumbuhan. Dan kalau kita melakukannya kita akan mendapat dam atau hukuman. Hal tersebut memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa merusak lingkungan hidup hukumnya adalah haram, sebab itu akan membuat kerusakan di bumi. Secara tegas difirmankan oleh Allah dalam Surat Al Qoshsosh ayat 77 : "Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".
Untuk dapat menjaga dan memelihara lingkungan hidup tersebut, yang harus dimiliki dan dikuasai manusia adalah bagaimana hukum-hukum Allah yang melekat padanya (sunnatullah bagi empat lingkungan hidup tersebut). Maka itu manusia diberi perlengkapan hidup berupa akal, yang hanya diberikan kepada manusia, sebagai makhluk terbaik. Sebagaimana firman-Nya :
لَقَدۡ خَلَقۡنَا الۡاِنۡسَانَ فِىۡۤ اَحۡسَنِ تَقۡوِيۡمٍ
" Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" . (QS. At Tien [95] : 4)
Jama'ah Jum'at Yarhamukumullah,
Di samping kita harus memahami lingkungan hidup kita sehari-hari dengan empat lingkungan hidup yang kami sebutkan, maka kita bangsa Indonesia harus juga memahami kedudukan bangsa Indonesia, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya.
Wilayah Indonesia, di mana bangsa ini berada berada di wilayah katulistiwa, berada di antara dua benua dan di antara dua lautan berar lautan Hindia dan Lautan Pasifik, di samping itu kepulauan Indonesia ada di dalam lingkaran (ring) gunung berapi (fire). Keberadaan Indonesia yang demikian itu, harus dipahami betul oleh bangsa Indonesia, apabila bangsa ini ingin selamat dari musibah di dunia dan di akherat. Indonesia yang berada di katulistiwa dan berada di antara dua lautan, menjadikan Indonesia beriklim tropis, yang nyaman dan sejuk, tumbuh-tumbuhan dan hewan tropis ada dan hidup subur di Indonesia. Indonesia yang berada dua benua Asia dan Australia, berarti berada diantara dua lempengan bumi tektonik, yang mengakibatkan gempa yang berpotensi tsunami. Dan karena berada di lingkar gunung berapi (ring of fire), maka potensi letusan gunung berapi. Semuanya itu harus dipahami manusia Indonesia, sehingga dapat menyesuaikan diri dengan alam, untuk menjaga dari musibah yang mungkin timbul. Sebutan Indonesia sebagai zamrud katulistiwa bahwa potongan surga di dunia akan benar-benar terwujud.
[Muqadimah 2]