Etika Memakmurkan Bumi Dalam Islam
Khutbah Pertama:
Hadirin Sidang Shalat Jum’at Rahimakumullah
Alhamdulillah puji syukur mari kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Pada hari ini kita diizinkan oleh Allah SWT untuk menghadiri salat Jum’at dalam keadaan sehat wal 'afiyat dan penuh kekhusyukan. Selanjutnya, shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat, dan ummatnya yang setia dengan ajaran-ajarannya hingga hari kiamat. Amin ya Rabb al-Alamin.
Hadirin Sidang Shalat Jum’at yang Berbahagia
Salah satu tugas manusia sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi ini adalah kegiatan mengelola dan memakmurkan bumi demi terwujudnya kesejahteraan segenap umat manusia. Terkait dengan tugas manusia untuk mengelola dan memakmurkan bumi ini, Allah SWT berfirman sebagai berikut:
أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَأَثَارُوا الْأَرْضَ وَعَمَرُوهَا أَكْثَرَ مِمَّا عَمَرُوهَا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ ۖ فَمَا كَانَ اللَّهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَٰكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang sebelum mereka? orang-orang itu adalah lebihkuat dari mereka (sendiri) dan telah mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri”. (Q.S. Ar-Rum [30]: 9).
Ayat di atas menjelaskan dengan tegas bahwa tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini adalah melakukan 'imarah, yaitu mengelola dan memakmurkan bumi. Tugas ini telah dilakukan oleh manusia secara baik meskipun terkadang dengan alasan mengelola alam tetapi tindakan mereka ternyata berpotensi merusak alam dan seisinya. Dengan demikian, bumi dan isinya seperti tumbuhan-tumbuhan, hewan, hutan, gunung, daratan, air, sungai, lautan, dan ikan mengalami terganggu kelestariannya.
Hadirin yang Berbahagia
Ada akhlak, adab dan etika lingkungan dalam Islam yang harus diperhatikan oleh manusia pada saat mengelola bumi dan seisinya. Islam telah mengajarkan kepada umat manusia agar pada saat mengeksploitasi bumi dan seisinya perlu memperhatikan keseimbangan ekosistem baik darat maupun lautnya. Terkait dengan pentingnya memperhatikan keseimbangan pada saat mengeksploitasi alam ini, Allah SWT berfirman sebagai berikut:
وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا ۖ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
“Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. (Q.S. Ar-Ra'd [13]: 3)
Lebih lanjut, Allah SWT jugs berfirman sebagai berikut:
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ وَأَقِيمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيزَانَ
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu. (Q.S. Ar-Rahman”. [55]: 7-9)
Kedua ayat di atas menjelaskan dengan tegas bahwa Allah SWT mendesain alam dan seisinya ini dengan prinsip al-tawazun (keseimbangan). Salah satu bentuk keseimbangan di sini adalah bahwa semua hal yang ada di muka bumi ini diciptakan oleh Allah SWT secara berpasang-pasangan. Misalnya, ada siang dan malam. Ada lelaki dan ada perempuan. Ada daratan dan ada lautan. Ada flora dan ada fauna. Selain berpasang-pasangan, semua makhluk ciptaan Allah juga diciptakanNya dalam keadaan seimbang. Sebagai contoh keberadaan hewan di muka bumi ini diimbangi dengan keberadaan tumbuhan dan manusia. Perlunya manusia terhadap keberadaan air diimbangi dengan keberadaan api dan tanah. Keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan ini insya Allah akan terjaga terus-menerus, karena hal ini merupakan hukum Allah SWT yang sejak 14 abad yang lalu tidak mengalami perubahan.
Hadirin yang Berbahagia
Manusia yang telah menghuni bumi ini sejak berabad-abad yang lalu memerlukan kehidupan yang aman, nyaman, harmoni dan sejahtera. Secara sederhana keamanan, kenyamanan dan kesejahteraan hidup manusia ditandai, misalnya dengan kesempatan mendapatkan udara segar, air berkecukupan, adanya regenerasi satwa dan berbagai jenis binatang, ketercukupan bahan makanan, keberadaan pepohonan hijau, terjaganya iklim, dan segenap kebutuhan mendasar lain yang semua itu bergantung pada kualitas lingkungan yang baik. Terkait dengan kualitas lingkungan yang baik ini, ada baiknya kita mengingat kembali kisah tentang perahu Nabi Nuh AS yang sangat terkenal itu. Al-Qur'an menyebutkannya dalam surat Hud ayat 36-48, bahwa ketika itu banjir bandang melanda dan menyapu seluruh daerah kekuasaan Nabi Nuh AS. Hal ini sungguh sangat membahayakan beberapa jenis satwa dan burung karena mereka bisa punah. Untuk menjaga keseimbangan alam di masa itu Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Nuh AS untuk menyelamatkan setiap sepasang spesies untuk ikut bersama dengan Nabi Nuh dan para pengikutnya yang beriman dengan cara menaikkan setiap spesies dua pasang jantan dan betina ke atas kapal. Terkait dengan hal ini, simaklah firman Allah SWT berikut ini.
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَمْرُنَا وَفَارَ التَّنُّورُ قُلْنَا احْمِلْ فِيهَا مِنْ كُلٍّ زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ وَأَهْلَكَ إِلَّا مَنْ سَبَقَ عَلَيْهِ الْقَوْلُ وَمَنْ آمَنَ ۚ وَمَا آمَنَ مَعَهُ إِلَّا قَلِيلٌ
“Hingga apabila perintah Kami datang dan dapur telah memancarkan air, Kami berfirman: "Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing-masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman". Dan tidak beriman bersama dengan Nuh itu kecuali sedikit”. (Q.S. Hud [11]: 40)
Kisah perahu Nabi Nuh AS di atas membuktikan bahwa untuk menjaga keseimbangan alam, Al-Qur'an memaparkan dua prinsip dasar. Pertama, bahwa penyelamatan spesies sangat diutamakan guna menjamin keberlangsungan kehidupan. Kedua, bahwa rencana Allah SWT tentang regenerasi spesies berlainan jenis jantan dan betina merupakan salah satu bentuk menjaga keseimbangan alam dengan melestarikan satwa, tumbuhan dan bends mati lainnya. Kedua prinsip yang dipaparkan oleh Al-Qur'an di atas ternyata sejalan dengan hukum Allah SWT lainnya, seperti pada atom yang mengandung proton yang bersifat positif dan elektron yang bersifat negatif. Hukum ini juga berlaku pada listrik yang membutuhkan aliran positif dan negatif untuk bisa menghasilkan energi.
Hadirin yang Berbahagia
Akhlak, adab dan etika lingkungan lain dalam Islam yang harus diperhatikan oleh manusia pada saat mengelola bumi dan seisinya adalah perlunya memperhatikan kelestarian alam dan hak hidup manusia lain serta binatang dan tumbuh-tumbuhan. Pada saat mengeksploitasi alam dan seisinya manusia harus bisa menghindari terjadinya kerusakan yang mengancam kehidupan manusia itu sendiri. Rusaknya alam ini karena manusia mengabaikan kelestarian alam. Ketika tindakan manusia yang mengabaikan kelestarian alam ini dilakukan berulang-ulang pasti akan berdampak buruk, karena is berarti telah menyalahi desain Allah SWT.
Salah satu dampak buruk dari tindakan manusia yang mengabaikan kelestarian alam adalah terjadinya bencana banjir, tanah Iongsor, pencemaran, perubahan iklim, dan musibah lainnya sehingga dapat mengganggu dan membawa dampak yang merugikan lingkungan hidup dan kelesatarian alam. Oleh karena itu, dalam Al-Quran surat al-A'raf ayat 56 Allah SWT berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Q.S. Al-A'raf [7]: 56).
Ayat di atas dengan tegas melarang manusia melakukan tindakan yang menyebabkan terjadinya kerusakan di muka bumi seperti memanfaatkan sumber daya alam secara berlebihan, merusak keseimbangan alam dan pencemaran Iingkungan hidup. Ayat ini sejalan dengan keprihatinan para aktivis Iingkungan hidup di Indonesia tentang kerusakan alam di Indonesia yang semakin hari semakin parah. Kondisi ini secara langsung memberikan dampak bagi kehidupan manusia. Tingkat kerusakan alam meningkatkan resiko bencana alam.
Banyaknya bencana yang melanda negeri ini memberikan tanda bahwa kerusakan pada lingkungan kita sudah memprihatinkan. Banjir yang kerap melanda, tanah Iongsor, kekeringan, perubahan cuaca yang sangat ekstrim menunjukkan bahwa keseimbangan alam di Indonesia seolah sudah tidak ada lagi. Selain bencana alam yang kerap melanda, perubahan musim dan cuaca yang kian tak menentu, menjadi bukti bahwa kerusakan yang dilakukan oleh sebagian manusia Indonesia tidak bisa lagi diseimbangkan dengan proses alamiyah yang dilakukan alam itu sendiri.
Hadirin yang Berbahagia
Untuk menutup khutbah pertama ini, saya ingin menegaskan kembali pentingnya manusia memperhatikan dua jenis akhlak, adab dan etika lingkungan dalam Islam pada saat mengelola dan mengeksploitasi alam dan seisinya. Pertama, manusia perlu memperhatikan keseimbangan alam raya ini, karena Allah SWT mendesian alam raya ini dengan prinsip keseimbangan (al-tawazun). Kedua, manusia perlu memperhatikan hak hidup manusia lain dan makhluk yang lain pada saat mengelola dan mengeksploitasi alam dan seisinya, sehingga kelestarian alam raya ini tetap terjaga .
Jika kedua bentuk akhlak, adab dan etika lingkungan dalam Islam tersebut diperhatikan oleh ummat manusia pada saat mengelola dan mengeksploitasi alam raya ini, insya Allah tidak akan terjadi kerusakan alam yang menyebabkan terjadinya berbagai macam bencana di Indonesia. Kedua bentuk akhlak, adab dan etika lingkungan dalam Islam tersebut kita rekomendasikan kepada manusia agar mereka tidak tamak dan ceroboh pada saat mengelola dan mengeksplotasi alam raya ini. Penebangan kayu dan penggundulan hutan secara besar-besaran, pembuangan sampah di sungai, penggunaan pestisida dan obat-obatan secara berlebihan, dan lain sebagainya yang membuat ekosistem terganggu tidak akan terjadi. Amin!
Khutbah kedua