Pada 5-7 November 2019 telah dilakukan pelatihan pengelolaan masjid ramah lingkungan (ecoMasjid) pada 40 pengurus masjid DKI Jakarta. Pelatihan ini dilakukan bersama antara Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan bersama Majelis Ulama Indonesia dan Dewan Masjid Indonesia di masjid Istiqlal yang telah memiliki peralatan pengolahan air limbah. Salah satu topik utamanya adalah menjaga air melalui pengolahan limbah padat dan padat cair melalui pengurangan sampah makanan. Program pengurangan sampah makanan ini berangkat dari kepedulian atas realitas bahwa masyarakat Indonesia menduduki peringkat kedua dunia sebagai pembuang sampah makanan, sementara 19 juta penduduknya kelaparan, Majelis Ulama Indonesia dan Dewan Masjid Indonesia melalui program masjid ramah lingkungan (ecoMasjid) mencanangkan program “Berbagi Makanan Lebih” (BeraMaL).

Tujuan utama program ini adalah memperkenalkan dan melatih pengurus masjid dalam meningkatkan kepedulian dan partisipasi dunia usaha dan masyarakat atas pentingnya pengurangan sampah makanan. Program ini dilakukan dengan memberikan makanan berlebih layak pangan yang tidak terjual (bukan sisa makanan) dari hotel, restoran, café dan kantin pada yang membutuhkannya. Program ini berdampak positif pada aspek sosial, lingkungan dan ekonomi. 

  •       Pada aspek sosial, Indonesia saat ini menderita tingkat Global Hunger Index (Indeks Kelaparan Global) 2018 dengan skor 21,9 yang mengindikasikan kelaparan serius pada peringkat ke 73 dari 119 negara. Membuang makanan merupakan tindakan yang tidak selaras dari sudut budaya dan ajaran agama. Disamping itu pemberian makanan lebih kepada yang membutuhkan akan meningkatkan kohesi sosial.
  •        Pada aspek lingkungan hidup, pengurangan volume sampah akan berdampak positif pada kesehatan, estetika, pengurangan pencemaran serta mitigasi perubahan iklim dengan pengurangan emisi gas rumah kaca. Apalagi mengingat bahwa Area Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang diprediksi akan penuh pada tahun 2021 mendatang.
  •        Pada aspek ekonomi, membantu fakir miskin dan penyandang disabilitas memenuhi kebutuhannya serta membantu anggaran pemerintah provinsi dalam bidang sosial. Dalam skala nasional dapat mengurangi impor beberapa bahan bahan makanan Indonesia sehingga mengurangi defisit neraca belanja.

Untuk itu, salah satu strategi yang ingin dikembangkan dalam program ini adalah melakukan gerakan sosial berbasis keagamaan dan rumah ibadah melalui edukasi serta mendorong partisipasi masyarakat dalam pengurangan sampah makanan dengan:

  • memberikan makanan lebihnya pada yang membutuhkan
  • memakan pangan lokal (locavore) untuk pengurangan sampah dari pembusukan dan kemasan serta penguranan emisi dari transporatsi dan penyimpanan, sekaligus mendorong pemberdayaan masyarakat lokal, serta meningkatkan keanekaragaman hayati dan ketahanan pangan lokal.
  • mengolah makanan sisa atau yang tidak dapat dikonsumsi lagi menjadi pakan ternak ataupun pupuk organik.

Program ini telah dilakukan pilot proyek di Masjid Burj Al Bakrie, Rasuna Epicentrum. Dari hasil pilot proyek ini proses kerja pelaksanaan sosialisasi serta pelaksanaan pengumpulan donasi, penyaluran kepada penerima yang berhak telah terbentuk dan dapat berjalan dengan baik. Termasuk koordinasi dengan aparat kecamatan serta proses perekrutan, pelatihan dan pendampingan relawan bersama Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK).

Aplikasi berbasis web (http://beramal.id/) telah dikembangkan untuk membantu pengembangan program ini melalui kerjasama dengan beberapa manajemen pusat perbelanjaan untuk meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan sampah serta beberapa masjid. Agar program ini berdampak luas, kolaborasi pemerintah provinsi beserta masyarakat perlu kiranya dibangun.

Gerakan ini diharapkan dapat mendorong perubahan dalam mengelola pangan lebih dan gaya konsumsi pangan ke arah perilaku menghargai makanan serta mengkonsumsi produk pangan lokal yang etis dan berkelanjutan. Pada akhirnya kesuluruhan program ini dapat  mempererat hubungan sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat sekaligus meningkatkan kondisi lingkungan hidupnya.

 

Oleh Dr. Hayu Prabowo

 

Share:
Hayu Susilo Prabowo Prabowo

Inisiator EcoMasjid dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam MUI