MANUSIA, KHALIFAH ALLAH DI MUKA BUMI
[Muqadimah 1]
Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia adalah makhluk Allah yang istimewa, berbeda dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya. Malahan keberadaan makhluk-makhluk lainnya pun justru untuk kepentingan ummat manusia. Karena kelebihan dan keistimewaannya itulah manusia dituntut tanggung jawab oleh Allah SWT. Bagi mereka yang mampu memenuhi tanggung jawab itu maka mereka akan tetap berada pada kedudukannya yang lebih dan istimewa itu. Tetapi, manakala mereka tidak mampu memenuhi tanggung jawabnya, maka mereka akan dikembalikan pada derajat yang serendah-rendahnya. Itulah penegasan Allah dalam firman-Nya :
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ ، ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ ، إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka). kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, maka bagi mereka pahala yang tidak terputus-putusnya” (Q.S At Tiin [95]: 4 -6)
Ayat tersebut memberi petunjuk bahwa untuk mempertahankan kedudukan dan menyelamatkan hidup, ada dua syarat yang harus dipenuhi yaitu beriman dan beramal shaleh. Iman artinya percaya atas adanya Allah dengan segala sifat kesempurnaan-Nya dan ciptaan-Nya termasuk alam ghaib, percaya kepada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitah-Nya, nabi-nabi dan rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan qadla dan qadar baik-buruk dari Allah SWT. Beriman dalam Islam, bukan hanya kepercayaan, tetapi kepercayaan yang harus diikuti dengan amalan dari apa yang dipercayainya itu. Para ulama berpendapat bahwa dalam iman itu terdapat tiga unsur, yaitu : tasdiiqun bil qalbi artinya membenarkan dalam hati, taqrirum bil lisan, artinya mengucapkan dengan lisan, dan taf'ilu bil arkan, artinya mengerjakan dengan anggota badan.
Amal shaleh adalah perbuatan baik. Suatu perbuatan baik disebut amal shaleh jika pekerjaan itu disyari'atkan oleh Allah, dilakukan dengan niat karena Allah, bertujuan untuk mendapatkan ridha Allah, dan dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW.
Iman dan amal merupakan dua kata yang berbeda artinya tetapi merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Iman tidak mempunyai makna kecuali dimanifestasikan dengan amal shaleh dan amal tidak mempunyai nilai kecuali didasari dengan iman. Itulah sebabnya, pada umumnya di dalam Al-Our'an kita temukan setiap kata "aamanu" diikuti oleh kata "wa 'amilush shaalihaati", artinya beriman dan beramal shaleh. Misalnya firman Allah:
وَالْعَصرإِنَّ الْإِنسٰنَ لَفِى خُسْرٍإِلَّا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ الصّٰلِحٰتِ …
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, Kecuali orang yang beriman dan beramal shaleh…" (QS. Al-Ashr [103]: 1-3)
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Al-Our'an menjelaskan bahwa keistimewaan dan kelebihan manusia dari makhluk-makhluk lainnya, ialah karena manusia disamping dilengkapi dengan organ-organ tubuh atau badan. indria utama, pendengaran dan penglihatan seperti ada pada makhluk-makhluk lainnya, juga dianugerahi akal fikiran, tekad dan semangat. Allah berfirman :
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُون
Katakanlah : "Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan dan hati (akan tetapi) sangat sedikit kamu bersyukur (QS. Al-Mulk [67]: 23).
Dengan akal itu manusia bisa berfikir, dan dengan fikirannya itu manusia bisa membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara yang benar dengan yang salah, dan dengan fikirannya itu pula manusia bisa menggali dan memanfaatkan kekayaan alam serta mengembangkan dan meningkatkan taraf hidup dan kehidupannya. Hal tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh makhluk lainnya disebabkan kebiasaan mereka hanya didasarkan pada instink (naluri). Kelebihan manusia tersebut menempatkannya sebagai makhluk yang terhormat, ia memperoleh martabat yang tinggi di antara makhluk-makhluk lainnya. Bahkan dimuliakan oleh Allah sebagaimana firman-Nya :
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْمِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا
"Dan sesunggguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam. Kami angkat mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rizki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan" (QS. Al-Isra [17] : 70).
Kaum Muslimin Yang Berbahagia
Sebagai makhluk yang terhormat, bahkan dimuliakan oleh Allah, manusia mengemban amanah luhur yang tidak sanggup diemban oleh makhluk lainnya, Allah berfirman:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanah tersebut dan mereka takut akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sungguh manusia itu amat zalim dan amat bodoh (QS. Al-Ahzab [33]: 72).
Dalam ayat tersebut Allah memberikan amanah kepada manusia, tetapi Allah juga mengingatkan bahwa manusia itu zalim. Kezaliman manusia itu terletak pada sifat-sifat manusia yang seringkali mengingkari dan membangkang kepada Allah bahkan kadangkala manusia itu lebih keji dari hewan serta berbuat kerusakan di muka bumi. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman-Nya :
… ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan-tangan manusia…" (QS. Ar Ruum [30]: 30)
Amanah dan tanggung jawab yang diemban oleh manusia ialah kekhalifahan, yaitu menjadi pemimpin di muka bumi mewakili Tuhan dalam merealisasikan aturan-aturan-Nya. Allah berfirman :
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً …
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi…” (QS. Al Baqarah [2]: 30).
Untuk mendukung kekhalifahannya itu, segala apa yang ada di bumi diperuntukkan bagi kepentingan manusia. Dengan kemampuan daya fikirnya manusia mendapat wewenang untuk menggali dan mengelola kekayaan alam guna kepentingan dan kemaslahatan ummat manusia. Allah berfirman :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا …
"Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untukmu… (QS. Al Baqarah [2]: 29).
…هُوَ أَنشَأَكُم مِّنَ ٱلْأَرْضِ وَٱسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا…
"…Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya… (QS. Hud [11]: 61).
Memakmurkan bumi yang menjadi tanggung jawab manusia seperti tersebut pada ayat di atas, bukan hanya mengambil manfaatnya semata-mata, tetapi juga terkandung di dalamnya tanggung jawab untuk memelihara kelestariannya. Sehingga segala sesuatu yang ada di bumi ini termasuk udara akan tetap berfungsi sesuai dengan ketentuan sunatullah. Manusia tidak boleh membuat kerusakan di muka bumi karena kerusakan alam di samping mengancam kelestariannya juga akan mengancam kehidupan manusia sendiri.
…وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
"…Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS. Al Qashash [28] : 77).
Manusia diberi wewenang untuk menggali, mengolah dan memanfaatkan alam terutama yang ada di bumi, tidaklah berarti manusia boleh berbuat sewenang-wenang sendiri, tetapi juga harus didasari oleh jiwa dan semangat ibadah kepada Allah. Sebab, tujuan Allah menciptakan manusia selain sebagai khalifah di muka bumi, juga agar manusia beribadah kepada-Nya. Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
"Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali agar mereka menyembah-Ku (QS. Adz Dzariyat [51]: 56).
اُعْبُدِ اللهَ وَلاَ تُشْرِكْ بِهِ شَيْئًا ( رواه الطبرانى )
“Beribadahlah kamu kepada Allah, dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan segala sesuatu (Hadits riwayat Thabrani).
Kaum Muslimin, Sidang Jum'at yang berbahagia
Di samping hal tersebut, manusia juga dituntut oleh Allah SWT untuk mempergunakan fikirannya guna merenungkan dan mengkaji rahasia alam, karena di dalamnya terdapat tanda-tanda keberadaan dan kebesaran Allah Yang Maha Pencipta. Dan karena mengenal rahasia alam ini maka akan semakin tumbuh dan meningkatnya iman kepada Allah SWT.
إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ، ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka (QS. Ali Imran [3]: 190-191).
Begitulah, betapa kasih dan sayangnya Allah kepada manusia, tetapi ternyata banyak manusia yang mengingkarinya sehingga Allah mempertanyakan kepada manusia dengan firman-Nya:
فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
“Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan?" (QS. Ar Rahman [55]: 13).
Oleh karena itu, marilan kita bersyukur kepada Allah SWT dengan meningkatkan iman dan taqwa kepada-Nya serta memelihara kelestarian alam ini demi keselamatan dan kelestarian hidup manusia.
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا ۚ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَالْأَبْرَارِ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu, maka kami pun beriman Ya Tuhan kami ampunilah dosa-dosa kami dan hapuskanlah dad kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkan lah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti" (QS. Ali Imran [3]: 193)
[Muqadimah 2]