Melindungi Dan Melestarikan Alam Termasuk Satwa

[Muqadimah 1]

 

Ma'asyiral Muslimin, Jama'ah Jum'at Yang Berbahagia.

 

Bumi ini diciptakan oleh Allah SWT. dengan berbagai macam kelengkapan yang sinergis antara satu dan lainnya. Diturunkan hujan menjadi faktor tumbuhnya bermacam jenis pepohonan yang tidak terhitung jumlahnya. Semua itu adalah karunia Allah SWT. untuk kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia.

Firman Allah SWT:

وَهُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِراً نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبّاً مُّتَرَاكِباً وَمِنَ النَّخْلِ مِن طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِّنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهاً وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انظُرُواْ إِلِى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ.

 

Artinya: “Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. (QS. Al-Anam [6]:99)

 

Ayat di atas menjelaskan, betapa pentingnya air dalam faktor tumbuhnya berbagai macam pepohonan dan kesuburannya, lalu berbuah untuk kemakmuran manusia. Pada sisi lain tidak boleh diabaikan, terdapat beberapa hal yang lepas dari perhatian banyak orang. Ada banyak tumbuhan dengan bunga yang dilengkapi dengan serangga penyerbuk. Ada banyak burung yang memakan buah-buahan dan menyebarkan bijinya ke segala penjuru sesuai jangkauan terbangnya. Inilah bukti nyata, bahwa hujan, tumbuhan, dan satwa tidak dapat dipisahkan keberadaannya dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia merupakan bagian ciptaan Allah SWT. yang diberi pengetahuan, kekuasaan dan kewenangan mengelola dan memanfaatkan bumi seisinya harus mampu menjaga, melindungi, merawat, dan melestarikan seluruh ciptaan-Nya untuk kemakmuran hidup mereka.

Khususnya satwa sebagai bagian dari makhluk ciptaan Allah SWT. ternyata berperan dalam mendampingi keberadaan manusia. Oleh karena itu, satwa dengan berbagai macam jenis dan spesiesnya harus diperlakukan dengan baik dan dijaga kelestariannya. Allah SWT. menegaskan, bahwa burung sebagai bagian dari satwa adalah ummat, seperti halnya manusia sebagaimana di dalam firman-Nya:

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلاَّ أُمَمٌ أَمْثَالُكُمْ مَا فَرَّطْنَا فِي الكِتَابِ مِنْ شَيْءٍ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ يُحْشَرُونَ.

 

Artinya: “Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat-umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun di dalam Al Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Qs. Al-AnAm [6]: 38)

Dalam beberapa riwayat hadits, Nabi SAW. memerintahkan untuk berlaku baik terhadap binatang. Suatu ketika Nabi SAW. bepergian bersama beberapa orang sahabat beliau. Dalam perjalanan itu salah seorang sahabat melihat seekor burung dengan dua anaknya. Sahabat itu kemudian mengambil dua anak burung dan membawanya menyertai perjalanan. Induk burung yang dua anaknya dibawa itu lalu membuntuti rombongan Nabi SAW. bersama beberapa orang shahabat. Tidak lama kemudian, hal itu diketahui oleh beliau, lalu bersabda: “Siapakah yang menyusahkan burung ini karena mengambil anaknya? Kembalikan anaknya padanya”. (HR. Abu Daud). Demikian pula beliau pernah melarang orang membebani hewan dengan muatan yang berat. Beliau pernah memerintahkan kepada orang yang menjadikan hewan sebagai kendaraan untuk memperlakukan hewan itu secara baik, dan memperhatikan kesehatannya. Beliau juga pernah memerintahkan kepada orang yang memelihara hewan untuk merawat dengan baik hewan peliharaannya.

Dalam hal menyembelih hewan, Nabi SAW. pernah pula berpesan, bahwa ketika hewan itu akan disembelih, hewan itu harus ditenangkan dan tidak dalam ketakutan, pisau untuk menyembelih harus tajam agar hewan yang disembelih tidak tersiksa kesakitan. Beliau juga berpesan agar tidak membunuh hewan kecuali menyembelihnya untuk keperluan dimakan. Kalaulah hewan perlu dibunuh kerena sessuatu hal, haruslah tidak dengan cara menganiaya, seperti mengikat atau mengurungnya lalu melemparinya sampai mati. Dalam hal berburu hewan, beliau melarang perburuan binatang dengan cara tidak wajar, misalnya dengan melempar batu, menjebak jeratan dan sebagainya yang dapat mencederai dan menyengsarakannya. Dalam hal menjadikan hewan untuk permainan, pada suatu hari Nabi SAW. melewati sekelompok orang yang sedang melempar-lepar seekor burung untuk permainan, lalu beliau melarangnya dan bersabda: “Allah SWT. mengutuk orang yang melakukan ini”. Dalam suatu riwayat, Nabi SAW. pernah bersabda:

«لاَ تَتَّخِذُوا أَشْيَاءَ فِيهِ الرُّوحُ غَرَضًا» (رَوَاهُ مُسْلِمٌ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ جَعْفَرٍ)

 

Artinya: “Jangan kamu menjadikan sesuatu yang mempunyai roh itu sebagai obyek (sasaran).” (HR. Muslim dari Abullah ibn Ja'far).

 

Jama'ah Jum'at Yang Berbahagia.

 

Beberapa hadits sebagaimana di atas merupakan perhatian dan kepedulian Nabi SAW. dalam menuntun ummatnya untuk memiliki akhlak yang baik terhadap satwa atau hewan sesama makhluk ciptaan Allah SWT. Akhlak yang baik tersebut akan dapat mengendalikan penganiayaan, penyiksaan dan kematian satwa secara sia-sia. Sehingga populasinya tidak terganggu, kelestariannya tetap terjaga, dan keberadaanya dalam menyertai kehidupan manusia dapat membawa kemakmuran di muka bumi ini.

 

Demikian khutbah kali ini, semoga bermanfaat dan bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua.

[Muqadimah 2]

 

Share:
admin@ecomasjid.id