Air Sebagai Sumber Kehidupan

 

[Muqadimah 1]

Kaum Muslimin Yarhamukumullah

Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan mencermati semua pekerjaan yang akan kita lakukan. Sekiranya itu perintah Allah, perintah Rasulullah, maka segera lakukanlah. Akan tetapi jika itu maksiat kepada Allah atau larangan Rasulullah saw, maka batalkanlah, hindarkanlah. Dengan bertakwa kepada-Nya, insya Allah kita akan berbahagia di dunia dan di akhirat kelak.

Kaum muslimin Yarhamukumullah

Khutbah singkat ini akan mengkaji pentingnya air bagi kehidupan. Suatu keniscayaan bahwa kehidupan di dunia, tentu membutuhkan air. Manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan setiap yang melata di bumi ini tak bisa lepas dari air. Air menjadi sumber kehidupan dari semuanya. Bahkan Adam Alaihis Salam dan semua keturunannya dijadikan Allah SWT juga dari air. Air yang hina (sperma) itu menjadi manusia yang terhormat, sekaligus menjadi khalifah Allah di muka bumi.

Sungguh manusia sangat tergantung dengan adanya air. Mulai bangun tidur hingga menjelang tidur manusia selalu terlibat dengan air. Ia mandi, wudhu’, masak, makan, minum, ada tamu, di kantor, di sekolah, bahkan di bus, di kereta, di pesawat, dan di mana ia berada, manusia pasti membutuhkan air.

Ada sementara ahli yang menghitung bahwa setiap orang, setiap hari tidak kurang dari 10 liter air. Bahkan menurut pengamatan kami khusus untuk orang Indonesia, bisa jadi untuk keperluan satu kali wudhu saja ada yang lebih dari 10 liter. Mereka tidak pernah menghitung berapa banyak yang harus ia pakai, dari mana air itu bersumber, dan bagaimana proses air itu ada. Mereka hanya dapat menikmati, yang kebetulan di Indonesia sungguh Allah Ta’ala telah melebihkan dibanding penduduk dunia yang lain. Bayangkan berapa kebutuhan air yang harus disediakan oleh Allah Ta’ala, jika setiap orang setiap hari membutuhkan 20 liter/perhari dikalikan 7 milyar jiwa, Dan itu harus disediakan Allah bertahun-tahun, sejak dahululu kala, Allahu Akbar.

Dan bila bapak-bapak tahu, bahwa air diproses dan diadakan oleh Allah SWT melalui proses yang indah, yang sebelumnya tidak banyak diketahui oleh manusia. Allah telah mengisyaratkan “hujan” lewat ayat-ayat suci al-Qur’an 1400 tahun (abad ke 7) yang lalu, dan baru dapat diurai secara ilmiah sekitar abad ke 20 yang baru lalu.

Marilah kita cermati Al-Qur’an :

اَللّٰهُ الَّذِىۡ يُرۡسِلُ الرِّيٰحَ فَتُثِيۡرُ سَحَابًا فَيَبۡسُطُه فِى السَّمَآءِ كَيۡفَ يَشَآءُ وَيَجۡعَلُه كِسَفًا فَتَرَى الۡوَدۡقَ يَخۡرُجُ مِنۡ خِلٰلِه‌ۚ فَاِذَاۤ اَصَابَ بِه مَنۡ يَّشَآءُ مِنۡ عِبَادِه اِذَا هُمۡ يَسۡتَبۡشِرُوۡنَۚ

”Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu Lihat hujan keluar dari celah-celahnya, Maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira”. (QS. Ar-Rum  [30]:48)

Proses terjadinya hujan, sebagaimana yang dipaparkan dalam al-Qur’an sama persis dengan apa yang dipaparkan oleh para ilmuan:

Pertama, Sejumlah besar gelembung udara terbentuk karena buih di lautan secara terus menerus pecah dan menyebabkan partikel air disemburkan ke langit. Yang kemudian membentuk titik-titik awan dengan mengumpulkan uap air di sekitarnya, kemudian naik dari lautan sebagai tetesan-tetesan kecil.

Kedua, Awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekitar kristal garam atau partikel debu udara. Karena tetesan air di awan sangat kecil (berdiameter 0.01-0,02 mm), awan menggantung di udara dan menyebar di langit.

Ketiga, Partikel air yang mengelilingi kristal garam dan partikel debu akan bertambah tebal dan membentuk tetesan hujan, sehingga tetesan hujan akan menjadi lebih berat dari pada udara, dan mulailah jatuh ke bumi sebagai hujan.

Sungguh luar biasa, Allah memutar kehidupan ini dengan generasi yang silih berganti, dari generasi ke generasi, lewat turunnya hujan ke muka bumi, dengan proses yang mengagumkan, yang tak tertandingi oleh siapapun. Dan juga, marilah kita perhatikan firman Allah ayat berikut:

وَهُوَ الَّذِىۡۤ اَرۡسَلَ الرِّيٰحَ بُشۡرًۢا بَيۡنَ يَدَىۡ رَحۡمَتِه‌ۚ وَاَنۡزَلۡنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً طَهُوۡرًا    لِّـنُحْیِۦَ بِه بَلۡدَةً مَّيۡتًا وَّنُسۡقِيَه مِمَّا خَلَقۡنَاۤ اَنۡعَامًا وَّاَنَاسِىَّ كَثِيۡرًا‏

“Dia lah yang meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira dekat sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih, agar Kami menghidupkan dengan air itu negeri (tanah) yang mati, dan agar Kami memberi minum dengan air itu sebagian besar dari makhluk Kami, binatang-binatang ternak dan manusia yang banyak”. (QS.Al-Furqan [ 25]:48-49).

وَنَزَّلۡنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً مُّبٰـرَكًا فَاَنۡۢبَـتۡـنَا بِه جَنّٰتٍ وَّحَبَّ الۡحَصِيۡدِ

“dan Kami turunkan dari langit air yang banyak manfaatnya lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam”, (QS. Qaf [50]:9)

Dari 3 ayat di atas bahwa air tidak hanya dibutuhkan oleh manusia, akan tetapi hewan, tumbuh-tumbuhan, dan semua makhluk hidup di dunia ini memerlukan air. Air mutlak diperlukan kapan saja, dan di mana saja.

Kaum Muslimin Yarhamukumullah

Apa jadinya, andaikan di dunia ini tidak air. Sudah barang tentu tak ada kehidupan. Takkan ada makhluk yang hidup. Manusia takkan kuat hidup tanpa air dalam waktu satu minggu, demikian juga hewan dan tumbuh-tumbuhan. Itu artinya Allah Yang Maha Kuasa telah mengaturnya dengan begitu indah, tertib, rapi, dan cermat. Sebelum menjadikan makhluk di dunia terlebih dahulu telah menyediakan air untuk kebutuhannya dalam jangka panjang. Lebih unik lagi apabila bapak-bapak mau meneliti dan mengamati siklus ketersediaan air. Dengan hujan, alam yang mati menjadi hidup. Dengan hujan alam yang gersang menjadi subur. Dengan hujan tanaman menjadi hijau dan subur. Dengan hujan semua yang hidup merasa gembira, sebab ketersediaan air yang setiap hari dibutuhkannya.

Allah SWT telah memberikan kabar gembira ini dalam Al-Qur’an :

وَ فِى الۡاَرۡضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنۡ اَعۡنَابٍ وَّزَرۡعٌ وَّنَخِيۡلٌ صِنۡوَانٌ وَّغَيۡرُ صِنۡوَانٍ يُّسۡقٰى بِمَآءٍ وَّاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعۡضَهَا عَلٰى بَعۡضٍ فِى الۡاُكُلِ‌ اِنَّ فِىۡ ذٰ لِكَ لَاٰيٰتٍ لِّـقَوۡمٍ يَّعۡقِلُوۡنَ

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir”. (QS. Ar-Ra’d [13]:4).

Seperti diisyaratkan Allah, sangat dimungkinkan untuk dapat menjaga air tetap berkualitas, membuat buah lebih bermutu dan berkualitas. Berkat air juga pemandangan menjadi asri. Berkat air tumbuhan yang kering menjadi hijau. Tanaman yang semula tidak berbuah menjadi berbuah. Kehidupan manusia bertambah nikmat. Betapa Maha Murahnya Allah yang telah memberkahi negeri Indonesia yang kaya dengan air. Orang Indonesia baru merasa betapa suburnya tanah air kita ini, jika ia telah pergi haji, dan melihat tanah tumpah darah Rasululah SAW yakni kota Mekkah, Madinah, dan Saudi Arabia pada umumnya. Betapa jauh perbedaan antara keduanya?

Ironinya dengan tanah air Indonesia yang konon 2/3 adalah air, justru rakyatnya tidak bisa memanfaatkan air sebaik baiknya. Justru sebagian besar rakyat Indonesia hanya pandai membuang-buang air, tanpa mempedulikan ijtihad para Ulama yang mengatakan mubadzir, termasuk dalam berwudhu’ sekalipun adalah haram hukumnya, yakni jika berlebih-lebihan memakai air.

Kalau kita dapat mencintai air, dan dapat memanfaatkan air, kita seharusnya menjadi bangsa yang pandai menciptakan kreasi yang terkait dengan air. Tentang perikanan, tentang irigasi, tentang transportasi, dll. Di mana Allah telah memberikan isyarat dalam ayat yang indah, dalam Al-Qur’an  :

اَللّٰهُ الَّذِىۡ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضَ وَاَنۡزَلَ مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَاَخۡرَجَ بِه مِنَ الثَّمَرٰتِ رِزۡقًا لَّـكُمۡ‌  وَسَخَّرَ لَـكُمُ الۡـفُلۡكَ لِتَجۡرِىَ فِى الۡبَحۡرِ بِاَمۡرِه‌ۚ وَسَخَّرَ لَـكُمُ الۡاَنۡهٰرَ‌ۚ‏

 “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai”. (QS. Ibrahim [14]:32)

Kaum Muslimin Yarhamukumullah

Air, betapa ”sabar”-nya ia, suatu saat akan ”marah” juga. Segala sesuatu yang kotor, yang bau, yang jelek, oleh manusia dibuangnya ke sungai, sehingga sungai dipenuhi bakteri dan kuman penyakit. Keadaan ini pada gilirannya akan membahayakan. Begitu juga dengan laut. Segala yang menjijikkan oleh manusia dibuangnya ke laut. Sampah, kotoran manusia, kotoran binatang, dll.

Manusia suka sekali membuang sesuatu yang cemar-cemar ke dalam air, sehingga air menjadi tercemar. Selama ini air diam. Andaikan ia bisa berbicara atau manusia bisa menangkap ”perasaan” air, tentu air mentolol-tololkan manusia – manusia yang sombong, dan manusia yang tak tahu diri, manusia yang tak pandai bersyukur kepada Sang Maha Pencipta. Air, akan mudah bilang: pantas kamu mendapatkan imbalan ”siksaan” dari Allah, karena kelakuanmu, karena keterlaluanmu, dan karena kebodohanmu.

Siapa yang tidak marah, kalau pusat-pusat sumber air di rusak oleh tangan-tangan jahat manusia. Siapa yang tidak marah bila tempat-tempat resapan air dan penampungan air, pohon pohonnya dibabat habis dan diganti dengan hutan-hutan beton. Siapa yang tidak marah jika air di mana-mana dicemari oleh bahan-bahan yang berbahaya, bakteri dan kuman penyakit yang menimbulkan berbagai penyakit berbahaya? Akhirnya, manusia jugalah yang akan menanggung akibatnya.

Berapa kali negeri ini, diberikan ”peringatan” oleh Yang Maha Kuasa – adanya  tsunami, adanya banjir, adanya tanah longsor, dll. Kesemuanya itu adalah pertanda akibat lalainya manusia karena tidak pandai menjaga dan mengelola air. Allah mengingatkan manusia dalam Al-Qur’an:

ظَهَرَ الۡفَسَادُ فِى الۡبَرِّ وَالۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ اَيۡدِى النَّاسِ لِيُذِيۡقَهُمۡ بَعۡضَ الَّذِىۡ عَمِلُوۡا لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُوۡنَ

”telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Rum   [30]:41)

[Muqadimah 2]

 

Share:
admin@ecomasjid.id