Kelestarian Alam Menjamin Masa Depan Kehidupan Anak Cucu

 

Khutbah Pertama:

Hadirin Sidang Shalat Jumat yang Berbahagia

Pertama-tama  marilah kita panjatkan puji syukur secara berulang-ulang kepada Allah SWT dengan mengucapkan Alhamdu lillah Rabb al-Alamin. Pada hari ini kita dimudahkan oleh Allah SWT untuk melangkahkan kaki kita menuju masjid yang penuh berkah ini guna melakukan shalat Jumat berjama'ah. Semoga hal ini merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan bekal dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Selanjutnya, shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia dengan ajaran-ajarannya hingga hari kiamat. Amin ya Rabb al-Alamin.

Hadirin yang Berbahagia

Sebagai khalifah Allah di muka bumi, manusia memiliki dua tugas penting. Tugas pertama adalah mengelola alam dan memakmurkannya demi kesejahteraan manusia. Sedangkan tugas kedua adalah melestarikan alam dan seisinya demi menjamin kelangsungan hidup anak cucunya. Kita sadar betul bahwa alam dan seisinya ini merupakan karunia Allah SWT yang harus kita jaga kelestariannya. Kita harus bisa menjaga kelestarian alam agar dapat dinikmati oleh anak cucu dan generasi masa depan kita secara berkesinambungan. Menjaga kelestarian alam berarti upaya mengabadikan, memelihara dan melindungi alam dari perubahan yang  negatif.  Dalam bahasa Arab melestarikan alam semakna dengan kata isbat al-ardh atau ishlah al-ardh yang berarti menjadikan alam tetap adanya.

Islam adalah agama rahmatan Iil Alamin, yang mana syari'atnya tidak hanya untuk umat Islam saja. Syariat Islam juga untuk semesta alam ini. Atas dasar ini, Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi alam, sebagaimana firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (Q.S. Al-Anbiya [21]: 107)

Ayat di atas menjelaskan bahwa kata rahmat ini meliputi seluruhnya, termasuk alam ini. Oleh karena itu, Islam mengajarkan untuk mencintai alam dan menjaga kelestariannya. Menurut ayat di atas, menjaga keberadaan dan kelestarian alam itu harus dilandasi dengan rasa kasih dan sayang. Selain ayat di atas, bahwa makna melestarikan alam (isbat al-ardh) berarti menjaga keberadaan alam dengan landasan rasa cinta dan kasih sayang itu, juga diinspirasi oleh hadis Rasulullah SAW sebagai berikut:

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ، ارْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ، الرَّحِمُ شُجْنَةٌ مِنَ الرَّحْمَنِ، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعَهُ اللهُ

Artinya: Orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayang oleh Allah yang Maha Penyayang, sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. Kasih sayang itu bagian dari rahmat Allah, barangsiapa menyayangi, Allah akan menyayanginya. Siapa memutuskannya, Allah juga akan memutuskannya (HR. Tirmidzi)

 Kandungan dari ayat dan hadis di atas adalah bahwa Agama Islam mengajarkan kepada kita untuk memperhatikan kelestarian alam berdasarkan kasih dan sayang. Rasa cinta kasih sayang sudah menjadi kebutuhan pokok manusia dalam kehidupannya. Oleh karena itu, kita harus mencintai alam untuk generasi penerus kita. Pertanyaannya adalah bagaimana cara kita melestarikan alam berdasarkan kasih dan sayang?

Hadirin Rahimakumullah

Pertama, cara kita melestarikan alam dengan kasih sayang itu adalah dengan pendekatan ekologis. Artinya, kita menggunakan kaidah "bahwa manusia itu adalah makhluk lingkungan" sebagai landasan dalam melestarikan alam ini. Kaidah tersebut mengandung dua pesan moral penting. Pesan moral pertama adalah bahwa manusia itu membutuhkan alam sebagai tempat melangsungkan kehidupannya. Fakta menunjukkan bahwa manusia tidak dapat hidup di luar alam. Sebab, alam telah menyediakan fasilitas kehidupan bagi manusia berupa daya dukung lingkungan secara sempurna. Adapun pesan moral yang kedua adalah bahwa alam itu juga membutuhkan manusia. Sebab, manusia merupakan makhluk yang paling berpeluang menjadi makhluk yang bertanggungjawab dalam tindak pelestarian alam ini. Manusia sebagai subyek pengelola alam mampu membuat perencanaan, mampu melaksanakan dan mampu mengawasi tindak pelestarian alam baik yang dilakukan oleh manusia sendiri ataupun yang dilakukan oleh komponen lain. Dengan demikian, pelestarian alam memerlukan partisipasi aktif dari manusia.

Sebagai upaya nyata dari pendekatan ekologis di atas, kita memahami pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan sekitar. Kita akan mendidik orang-orang terdekat kita anak, istri dan anggota keluarga untuk membuang sampah pada tempatnya. Selanjutnya, kita akan mendorong orang lain yang secara khusus memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk mendaur ulang sampah menjadi bahan lain yang bernilai ekonomi. Kita melakukan hal ini karena kita sadar bahwa membiarkan sampah berserakan di mana-mana akan membuat lingkungan kita menjadi kotor. Kita membiarkan sampah yang menumpuktanpa ada daur ulang yang memadai akan berdampak negatif bagi lingkungan kita seperti pencemaran tanah, banjir, dan gangguan kesehatan anggota masyarakat. Jika hal ini kita biarkan secara terus-menerus, maka kelestarian alam dan masa depan kehidupan anakcucu kita akan terancam.

Hadirin yang Berbahagia

Kedua, cara yang bisa kita lakukan untuk melestarikan alam dengan kasih sayang adalah dengan pendekatan ekoteologi Islam. Artinya, kita menggunakan ayat al-Qur'an yang berbicara tentang alam dan seisinya sebagai landasan pokok dalam melestarikan alam dan seisinya. Sebagai salah satu contoh, Allah SWT secara definitif menyatakan secara eksplisit akan kepedulian-Nya terhadap pelestarian alam. Hal ini antara lain diungkapkan dalam al-Qur'an surat al-Jasiyah ayat 13:

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir." (QS. Al-Jasiyah [45]: 13)

Pokok pikiran ayat di atas terdapat pada kalimat yang artinya: "...yang demikian itu hanya dapat ditangkap oleh orang-orang yang memiliki daya nalar memadai." Dalam perspektif ekoteologi Islam, yang dimaksud dengan orang-orang yang memiliki daya nalar memadai dalam ayat ini adalah orang-orang yang memiliki kesadaran lingkungan dan kearifan lingkungan serta memiliki kepedulian lingkungan yang cukup tinggi. Selanjutnya, kesadaran, kearifan dan kepedulian lingkungan tersebut dikristalisasikan dalam tindak pelestarian alam. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa pelestarian alam sebagai kristalisasi dari kesadaran, kearifan dan kepedulian lingkungan menjadi bagian integral dari keberimanan masyarakat beragama Islam.

Sebagai upaya nyata dari pendekatan ekoteologi Islam di atas, kita dengan sadar akan menghindari mengeksploitasi alam secara berlebihan, karena hal ini dapat menyebabkan rusaknya alam. Sebagai seorang muslim, kita akan menghindari tindakan itu untuk tetap menjaga kelestarian alam yang merupakan karunia Allah SWT. Jangan sampai generasi penerus kita tidak bisa melihat pohon dan binatang-binatang. Dalam kaitan ini Allah SWT berfirman sebagai berikut:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Rum [30]: 41)

Ayat di atas kita jadikan peringatan dari Allah SWT bahwa kerusakan yang terjadi di daratan dan di lautan semua itu disebabkan oleh ulah manusia karena faktor keserakahannya, sehingga mengeksploitasi alam habis-habisan. Atas dasar ayat di atas, kita akan menghindari nafsu keserakahan dan perlakuan buruk sebagian manusia terhadap alam yang dapat menyengsarakan manusia itu sendiri. Kita menghindari sikap dan perilaku buruk yang menyebabkan terjadinya kerusakan alam seperti tanah longsor, banjir, kekeringan, tata ruang daerah yang tidak karuan serta air dan udara yang tercemar yang mengancam kelestarian alam dan masa depan kehidupan anak cucu kita. Kita sadar bahwa kerusakan alam ini tak ubahnya dengan bumerang bagi manusia. Karena manusia yang membuat alam ini rusak, maka dari itu Allah SWT akan menimpakan akibat buruknya kepada manusia agar manusia merasakannya, sebagai teguran agar manusia kembali ke jalan yang benar.

Hadirin Rahimakumuloh

Pada bagian akhir dari khutbah pertama ini, saya ingin menegaskan kembali bahwa Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil Alamin). la tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah), tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesama manusia (hablumminannas) dan dengan alam. Terkait dengan hubungan manusia dengan alam ini, kita umat Islam harus menjadi pelopor bagi pelestarian alam dan Iingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih sayang terhadap alam dan seisinya ini.

Selanjutnya, tugas melestarikan alam dan seisinya ini kita lakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekologis dan ekoteologis Islam. Pendekatan ekologis kita gunakan karena mengandung pembelajaran penting bahwa manusia memerlukan alam dan sebaliknya alam juga memerlukan manusia. Dengan demikian, manusia akan dengan sadar untuk terus-menerus menjaga kelestarian alam demi kelangsungan hidup dan masa depan anak cucunya.

Selain pendekatan ekologis, kita juga perlu menggunakan pendekatan ekoteologis Islam. Pendekatan ekoteologis Islam kita gunakan karena dalam Al-Qur'an dan hadis Rasulullah SAW terdapat banyak pesan moral penting bahwa menjaga kelestarian alam merupakan salah tugas sebagai khalifah di muka bumi demi kelangsungan hidup dan masa depan anak cucu kita.

Untuk melakukan tugas melestarikan alam dan seisinya ini, saya menyerukan kepada para jamaah agar ada kerja sama yang kompak antara pemerintah daerah dengan para elemen masyarakat. Adapun salah satu kerjasama yang bisa kita lakukan adalah kerjasama dalam pengelolaan sampah. Sebagai anggota masyarakat kita mau mendaur ulang sampah menjadi bahan lain yang bernilai ekonomi. Sebagai pemerintah, kita mau mengalokasikan dana untuk membiayai pengelolaah sampah, baik untuk pengadaan peralatan, pelatihan sumber daya manusia maupun untuk biaya pemasaran.Semoga!

Khutbah kedua

Share:
admin@ecomasjid.id