Biomassa kayu biasanya dikeringkan untuk konversi termal menjadi listrik dan panas misalnya dengan boiler dan gasifiers. Sedangkan protein dan biomassa yang kaya air seperti limbah peternakan & pertanian serta sisa makanan biasanya diubah menjadi kompos atau energi melalui proses biologis seperti fermentasi.
Kedua kelompok ini dibedakan dari karakteristik dan teknologi yang memprosesnya, satu untuk biomassa kering dan satu lagi untuk bahan baku basah. Oleh karenanya sulit untuk diintegrasikan sebagai satu sistem tunggal. Juga masing-masing teknologi memiliki kekurangannya seperti halnya kebutuhan energi dan biaya untuk pengeringan serta penyiapan sebelum digunakan atau nutrisi dan gas yang terbuang sia-sia.
Oleh karena itu, sistem yang paling efisien dan efektif harus mengatasi kerugian yang terjadi dengan teknologi yang ada. Solusinya adalah karbonisasi hidrotermal. Hydrothermal carbonization (HTC) mengubah campuran biomassa dengan kadar air hingga 70% menjadi hydrochar tanpa terlebih dahulu melakukan pengeringan dan atau pengeringan.
Namun dalam melakukan proses HTC, umumnya digunakan energi primer sehingga tingkat keekonomiannya rendah akibat adanya biaya konsumsi energy tersebut. Sebuah usaha baru dilakukan memanfaatkan energi terbarukan dari Tungku RDF (Refuse Derived Fuel) sebagai energi input dalam proses HTC ini.
RDF adalah bahan bakar padat yang memiliki kalor, dipilih dari berbagai jenis limbah padat perkotaan, ataupun limbah padat industri. RDF dapat menggantikan sebagian bahan bakar fosil konvensional, seperti batubara, dan minyak dan gas Bumi
Hydrothermal Carbonization (HTC) adalah teknologi konversi biomassa basah. Ini meniru proses alami pembentukan batu bara di laboratorium hanya dalam beberapa jam. Prekursor biomassa atau biomassa ditempatkan dalam reaktor tertutup (mis. Autoklaf yang digunakan dalam percobaan ini) dan diperlakukan pada sekitar 180-250 ° C di bawah tekanan yang dihasilkan sendiri. HTC Autoclaf dimasukan dalam tungku pengering yang menggunakan energy panas dari tungku RDF.
Produk akhir adalah residu padat yang disebut Karbon Hidrotermal (hydrochar), sedangkan fase cair sourrounding mengandung bahan kimia penting seperti furfuals dan asam organik kecil.
Teknik konversi termokimia HTC mengubah biomassa basah menjadi energi (hydrochar) dan bahan kimia tanpa pengeringan terlebih dulu. Hydrochar dapat digunakan untuk pembangkit energi langsung (sebagai biocoal) untuk aplikasi energi terdesentralisasi.
Hydrochar yang dihasilkan dapat dimasukkan ke dalam tanah sebagai "Terra Preta" untuk meningkatkan kualitas tanah dan pada saat yang sama menyimpan CO2 dari tanaman.
Teknologi HTC ini dapat digunakan untuk mengubah limbah cair perkotaan serta peternakan dan pertanian menjadi bahan karbon yang berguna baik untuk energy maupun untuk perbaikan tanah.
Oleh: Dr. Hayu Prabowo