Air, selain merupakan sumber kehidupan manusia yang tidak tergantikan, juga memiliki fungsi thaharah, yakni untuk bersuci untuk sahnya ibadah. Fiqh menetapkan bahwa alat suci dari hadas dan najis yang paling utama dan terpenting adalah air.

Para ulama Islam, memasukan pemenuhan kebutuhan air, sebagai bagian dari pemenuhan (kifayah) kebutuhan dasar. Apalagi masyarakat miskin yang paling terpengaruh oleh krisis air.

MUI telah menetapkan fatwa Pendayagunaan ZISWAF Untuk Pembangunan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Bagi Masyarakat.

Pelaksanaan PAM Desa Berbasis Masjid di desa Sempon, Wonogiri, Jawa Tengah.

Bagi masyarakat desa Sempon, dengan topologi berbukit-bukit, penyediaan air merupakan masalah rutin harian. Air bersih diambil dari mata air lebih dari 5 km menggunakan pipa pralon 3” kemudian di tampung di bak sebelum disalurkan ke rumah tangga menggunakan pipa 1/4 inci.

Beberapa kendala yang dihadapi masyarakat menggunakan cara ini adalah:

1. Air yang mengalir sangat kecil, apalagi dengan penambahan jumalh penduduk serta berkurangnya debit mata air.

2. Ketika musim hujan pipa induk sering hanyut terkena banjir, karena pipa mengunakan pinggiran saluran irigasi. Bila ini terjadi maka masyarakat pengguna akan dibebani biaya, selain biaya ruting untuk perawatan saluran.

3. Ketika musim kering debit sumber air menurun drastis sehingga masyarakat kesulitan sangat kesulitan air.

4. Beberapa masyarakat yang mampu melakukan pemboran sumur dipinggir sungai induk yang jaraknya lebih dari 500 meter. Karena medan berbukit maka sering menggunakan 2 pompa pendorong dan kabel listrik harus digelar dari rumah ke pompa. Sehingga ini sangat membahayakan. Beberapa orang telah meninggal karena tersengat listrik. Serta pencurian pompa air yang sering terjadi.

5. Beberapa fasilitas PAMSIMAS telah masuk, namun hanya mencakup di beberapa desa, dan pengelolaannyapun sering terkendala teknis maupun finansial.

Komplek PP Al-Amanah terletak di KM 24 jalan Wonogiri-Ponorogo, yang sering dijadikan tempat persinggahan dan istirahat musafir, baik menggunakan kendaraan pribadi, truk ataupun bis. Di komplek PP Al Amanah terdapat pondok pesantren dengan 30 santri, 3 keluarga dan beberapa ustadz. Selain itu juga terdapat satuan pendidikan RA/TK dan MI/SD dan MA/SMA. Kebutuhan air sangatlah banyak, sehingga ketika sumber airnya bermasalah maka kegiatan ibadah juga ikut terganggu, terutama bila musim liburan dimana jamaah musafir banyak yang singgah.

Guna memenuhi kebutuhan air tersebut, komplek PPP Al Amanah menggunakan 2 sumber air, air dari mata air dan air dari pinggir sungai yang di pompa dengan 1 jet pump dan 1 pompa pendorong. Namun ini sering mengalami kendala baik pipa bocor maupun pompa rusak serta keran yang sering tidak dimatikan oleh jamaah. Terkadang santri tidak mandi untuk menjaga kecukupan air untuk wudhu.

Pembangunan Sarana Air dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

Dimulai dari program ecoMasjid oleh Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Majelis Indonesia PP Almanah melakukan program panen air hujan, sumur resapan, biopori serta embung desa. Program ini dilanjutkan dengan penyelenggaraan Semiloka Air, Sanitasi, Kebersihan dan kesehatan lingkungan berbasis Masyarakat. Pada acara tersebut pengurus yayasan bertemu dengan pihak-pihak yang berkompeten dengan pengadaan sumber air, Dinas Kesehatan, DPU, Kordinator PAMSIMAS, dan lain-lain.

Setelah acara semiloka pengurus yayasan sepakat untuk mengadakan sumber air yang baru untuk PP Al Amanah sekaligus penyediaan untuk masyarakat sekitar. INi merupakan Pilot proyek Dai Sanitasi untuk penerapan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan menggunakan pemberdayaan harta ZISWAF untuk pembuatan sarana air dan sanitasi. Langkah awal yang dilakukan adalah membentuk Tim Pelaksana (Timlak), yang terdiri dari Ketua (Ust. Abdul Muhaimin), Sekretaris (Heru Krismawanto), dan Tim Teknis (Wiranto). Tugas tim ini dibentuk untuk melakukan persiapan, yaitu penyerapan aspirasi dan persiapan teknis.

Sosialisasi program pengadaan air bersih dan juga penyerapan aspirasi dilakukan pada acara rutin yang ada di masyarakat seperti yasinan, tahlilan, rapat dusun, dan lain-lain. Dari proses sosialisasi dan penyerapan aspirasi didapat hasil bahwa sebagian masyarakat sudah memiliki ketersediaan air bersih yang baik dan mencukupi terutama di daerah yang rendah sedangkan daerah yang berlokasi tinggi (utara pondok) masih belum terjangkau program PAMSIMAS.

Perencanaan pembangunan sarana air bersih yang pertama dilakukan adalah berkonsultasi dengan pihak yang berpengalaman dengan koordinator PAMSIMAS Wonogiri, dari beliau didapat RAB kurang lebih sebesar Rp. 200 juta yaitu untuk pengeboran, instalasi, penampungan, dan pipa induk. Melihat gambaran RAB pengurus menjadi patah semangat, akan tetapi demi kelancaran ibadah, pengurus terus memotivasi diri untuk mensukseskan program ini.

Alhamdulillah salah satu orang tua siswa MI yang kebetulan bekerja di PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Wonogiri yang memiliki pengalaman, pengetahuan dan jaringan tentang air minum. Dari hasil diskusi RAB dapat ditekan  dengan total anggaran awal adalah sekitar Rp. 35 Juta yang terdiri dari Rp. 17juta pemboran sumur dan sisanya untuk pemasangan pipa Induk. Enam Toren air diletakkan di dak lantai 3 gedung madrasah dan ditambah dengan pompa pendorong untuk arah utara yang ketinggiannya melebihi gedung MI.

Untuk melaksanakan program ini tentu memerlukan sumber dana yang tidak sedikit. Penggalangan Harta ZISWAF, dilakukan dibawah koordinasi dengan Lembaga Pemuliaan Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam, Majelis Ulama Indonesia pusat. Dana wakaf digunakan untuk pengadaan instalasi air, yaitu pengeboran, penampungan, sampai jaringan pipa induk, karena bersifat umum dan berjangka panjang. Sumur air dan fasilitas induk di bangun di atas  tanah wakaf komplek Al Amanah.

Akhirnya pada 26 Agustus 2016 dilaksanakan pengeboran dengan anggaran tujuh belas juta, sudah panel kelistrikan dan mesin 1 PK. Operasi pengeboran selesai dalam 2 hari dengan kedalaman 52 m dan mencapai water loss, artinya di ujung sumur bor terdapat sungai bawah tanah dengan jumlah air yang sangat besar. Hanya saja karena pengeboran dilakukan pada saat musim hujan, tukang bor memberi garansi sampai musim kemarau yang akan datang, jika setelah musim kemarau ternyata sumber air berkurang ataupun hilang akan diganti dengan sumur bor yang baru. 

Segera setelah sumur bor selesai, pemasangan pipa induk dilaksanakan. Jalur pemasangan pipa induk ke Utara sepanjang 450 meter, kemudian ke arah Barat (desa Malangsari) sepanjang 850 meter. Pemasangan pipa induk ini berdasarkan peminat yang terdaftar untuk memasang instalasi air. Akan tetapi setelah pipa induk terpasang, ternyata desa Malangsari, tidak ada yang memasang instalasi Air. Ternyata kebutuhan ke Selatan tumbuh, maka jalur pipa induk yang ke Utara dicabut dan dipindah ke Selatan. Hal ini menjadi pelajaran berharga bagi Timlak Ponnpes Al Amanah.

Bermula dari komitmen 8 rumah tangga, saat ini telah berkembang menjadi 28 rumah tangga dan Insya Allah akan terus berkembang. Tentunya perembangan ini menuntut tim operasi yang lebih solid.

Penyambungan Sarana Wakaf Air ke Rumah Penduduk

Pada rapat dusun dibahas tentang sistem pengelolaan manajerial sarana air bersih yang sudah dibangun, disepakati bahwa untuk pemasangan di tiap rumah dikenakan biaya Rp. 1,5 juta dengan fasilitas meteran air dan pemasangan di 2 titik. Dengan cara pembayaran sebagai berikut:

  • Dicicil tiga kali
  • Pembiayaan melalui BMT dengan cara mengangsur selama 12 atau 18 bulan
  • Penyaluran Zakat untuk Mustahik

Biaya langganan didasarkan dari pemakaian, yaitu sebesar Rp. 1.500/m3.

Penyaluran Zakat untuk Sarana Air dan Sanitasi

Dari beberapa keluarga miskin yang ada di desa Sempon, dipilihlah Bapak Saimin sebagai penerima manfaat zakat untuk sarana air dan sanitasi.
Pak Saimin adalah jaka tua belum punya istri dan hidup bersama ibunya berumur 80 th dengan rumah berdinding  anyaman bambu (gedek). Pak Saimin bekerja seadanya sebagai pencangkul dan pencari kayu. Mereka hidup berdua serba kekurangan dengan akses air bersih sangat terbatas serta buang air besar di sungai atau nebeng tetangga. BNI Syariah berkenan untuk menyalurkan zakatnya dalam program ini. Dengan program ini keluarga pak Saimin memiliki sarana air bersih dan jamban yang sehat yang merupakan kebutuhan pokok kehidupan dasar.

Tantangan dan Pelajaran Yang Bisa Diambil.

Semua hal yang baik pasti akan mendapat rintangan, demikian kegiatan pengadaan air bersih dan sanitasi melalui ZISWAF. Ada beberapa permasalahan yang bisa diceritakan sebagai pembelajaran bagi pembaca, antara lain :

1. Ketepatan Survei Kebutuhan

Seperti yang disampaikan diatas bahwa ternyata kebutuhan sebelah Barat tidak ada, padahal hampir 1 kilometer pipa telah digali dan dipasang. Dan ini harus dibongkar dan dipasang kembali ke arah Selatan. Oleh karenanya pada sosialisasi dan penentuan kebutuhan perlu dilakukan dengan seksama dan hati-hati.

2. Modal Kerja

Pada perjalanan pemasangan saluran rumah, didapat kendala pendanaan karena pengelola harus menyediakan modal peralatan dahulu, karena pembayaran dilakukan dengan cara cicilan tiga kali. Oleh karena itu untuk mengatasinya pihak pengelola bekerja sama dengan salah satu koperasi syariah yang ada di Jatisrono, biaya pemasangan saluran rumah ditanggung oleh koperasi syariah tanpa jaminan, dan dari konsumen membayar cicilan kepada koperasi syariah.

3. Telat bayar

Ini merupakan masalah klasik, dimana sebagian masyarakat menganggap enteng kewajiban membayar tagihan air, padahal kebiasaan ini dapat mengakibatkan gangguan yang lain, seperti pelayanan pemasangan saluran baru, atau perawatan instalasi yang sudah terpasang. Untuk mengatasi masalah ini, pengelola tidak bosan-bosan untuk silaturahmi mengingatkan akan kewajiban yang harus dibayar pelanggan.

4. Peralatan PAM

Pada awalnya untuk menyedot air menuju penampungan menggunakan submersible dengan kekuatan 1 PK dengan listrik yang masih menggunakan listrik yayasan sebesar 1200 watt, dengan bertambahnya pengguna maka mesin ini sudah tidak memadai, pasokan air seirng terlambat, oleh karena itu diganti dengan mesin 2 PK.

Namun dengan listrik 1200 watt tidak mampu untuk menjalankan mesin 2 PK. Setelah berkonsultasi dengan pihak PLN maka untuk pengoperasian panel listrik instalasi air, pengelola memasang sendiri jaringan listrik dengan daya 3500 watt. Masalahpun terselesaikan.

5. Aliran air

Dalam melayani kebutuhan air bersih, pengelola tidak pandang bulu semua dilayani dengan harapan rumah tangga yang terpasang dapat memiliki akses air bersih yang layak. Setelah terpasang ternyata ada 2 rumah tangga yang airnya tidak mengalir. Padahal rumah tangga yang didekatnya mengalir dengan baik. Setelah dicek dengan menggunakan GPS ternyata ketinggian rumah yang bermasalah 5 meter lebih tinggi dari penampungan.

Setelah berdiskusi untuk mengatasi permasalahan menggunakan mesin pendorong, mesin pendorong yang digunakan adalah mesin sanyo, dan sebagai sensor menggunakan alat sensor berdasar tekanan air.

Pada awalnya perangkat mesin pendorong diletakkan di atas, dekat dengan penampungan, air dapat mengalir lancar sampai sumah tangga yang bermasalah. Akan tetapi pada saat titik puncak waktu penggunaan masalah tersebut muncul, apa lagi pada saat terlambat pengisiian penampungan yang disebabkan gangguan listrik, masalah aliran air dapat berlangsung lebih lama.

Pengelola berdiskusi untuk mengetahui penyebab, dan menyelesaikan masalah, ternyata hal itu terjadi, tekanan dari pendorong berkurang bahkan hilang oleh rumah tangga yang ketinggiannya dibawah penampungan. Maka untuk mengatasi hal tersebut, perangkat mesin pendorong dipindah ke dekat rumah tangga lebih tinggi dari penampungan. Alhamdulillah, masalah telah terselesaikan.

 

Oleh: Dr. Hayu Prabowo

Share: